TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan munculnya banyak partai Islam berpotensi membuat suara pemilih muslim justru terpecah. Sebab, partai Islam akan sulit menjadi kekuatan dominan jika tidak ada satu partai dengan basis pemilih yang kuat.
"Munculnya banyak partai Islam akan membuat kondisi makin kompleks. Yang diharapkan partai Islam sebagai kekuatan, justru terbelah ke banyak partai," ujar Pangi dalam Diskusi Publik Peluang Partai Politik Islam pada Pemilu 2024 yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jumat, 16 Juni 2023.
Menurut dia, ada sebagian pemilih partai nasionalis yang berasal dari kalangan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian pemilih yang beragama Islam memiliki kecenderungan untuk memilih partai nasionalis sebagai pilihan politik mereka. Karena itu, kata dia, partai Islam akan menghadapi kesulitan jika hanya mengandalkan dukungan dari para pemilih muslim.
"Dengan demikian, partai Islam tidak bisa berharap hanya kepada pemilih muslim saja. Ini yang menjadi problem sebetulnya," ujar dia.
Kalau ingin menjadi kekuatan yang cukup dipertimbangkan, dia menambahkan, partai Islam harus memiliki basis pemilih kultural yang solid. Dia mencontohkan PKB dan PAN merupakan dua partai Islam yang memiliki basis pemilih kultural cukup solid. Namun, menurut dia, semakin banyak partai Islam berpotensi memecah suara tersebut.
"Problemnya adalah belakangan semakin banyak partai Islam sehingga menurut saya akan terjadi split ticket voting di antara pemilih. Ini akan melemahkan partai Islam sendiri," ujarnya.
Selama ini, lanjut dia, partai Islam tidak menjadi kekuatan penentu atau determinan dalam peta politik Indonesia. Dia mengisahkan partai Islam pernah "ditantang" untuk memenangi Pemilu 1955 jika ingin menerapkan negara Islam. Namun, partai Islam tidak berhasil memenangkan Pemilu tersebut.
"Ini buktinya partai Islam memang banyak, tapi tidak muncul jadi kekuatan yang cukup menentukan dalam Pemilu," katanya.
Pangi menyebut partai Islam tidak pernah menjadi kekuatan dominan karena tidak pernah menjadi partai pemenang pemilu. Dia mencontohkan PPP pada masa Orde Baru sebenarnya cukup diperhitungkan karena mampu menjaring basis pemilih muslim.
"PPP masa Orde Baru hanya fusi partai-partai Islam, tapi sebenarnya cukup diperhitungkan karena semua partai berbasis Islam ke PPP semua," ujar Pangi.
Pilihan Editor: HOAX: Kabar FPI Jadi Partai Islam