TEMPO.CO, Jakarta - Dua puluh tiga tahun lalu, Alex Evert Kawilarang meninggal dunia. Alex Kawilarang adalah sosok di balik cikal bakal berdirinya Komando Pasukan Khusus TNI AD atau Kopassus. Ia meninggal dunia pada hari Selasa, 6 Juni 2000, pukul 23.30 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Permintaan terakhir Kolonel: Dimakamkan di Tanah Priangan
Majalah Tempo Edisi Minggu, 11 Juni 2000 merekam masa akhir hingga dimakamkannya Sang Kolonel itu. Alex Kawilarang meninggal akibat kanker prostat dan kelenjar getah bening. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Alex Kawilarang sempat koma selama satu setengah bulan.
Saat-saat terakhirnya, ia ditemani Henny Olga Kawilarang-Pondaag, istri terakhir dari tiga pernikahannya, dan Pearl Hazel Ketaren, putri bungsunya. Rumah Alex Kawilarang di kawasan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat dipadati para pelayat ketika Sang Kolonel bersiap dimakamkan.
Di antara para pelayat itu ada Jenderal (Purn.) Kemal Idris; Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta ke-7; Sumitro Djojohadikusumo, ekonom; Juwono Sudarsono, Menteri Pertahanan pada saat itu; para anggota parlemen; kalangan militer; dan pengusaha.
Jenazah Alex Kawilarang diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta menuju Bandung untuk dimakamkan di Tanah Priangan pada hari Rabu, 7 Juni 2000. Pemakaman tersebut memang permintaan terakhir Alex Kawilarang. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung dalam sebuah adat kemiliteran.
Lahir dari darah militer
Alex Kawilarang adalah anak dari seorang opsir Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL [tentara Hindia Belanda]). Ia lahir pada 23 Februari 1920 di Jakarta dan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.
Alex Kawilarang bersekolah di Hogere Burger School V di Bandung. Selepas lulus, ia lanjut di pendidikan militer. Awalnya, ia masuk di Corps Opleiding Reserve Officieren ‘Korps Pendidikan Perwira Cadangan’ di Bandung. Kemudian, Alex Kawilarang masuk di Koninklijke Militaire Academie ‘Akademi Militer Kerajaan’ pada 1941.
Alex Kawilarang sempat memegang beberapa jabatan penting dari 1948–1956, seperti Komandan Brigade I Siliwangi; komandan subteritorial di Tapanuli, Sumatera Utara; Komandan TT-VII; Komandan Pasukan Ekspedisi ke Indonesia Timur; dan Panglima TT III-Siliwangi.
Cikal bakal Kopassus
Ketika muncul pemberontakan di Maluku oleh Republik Maluku Selatan pada Juli 1950, Sang Kolonel pun ikut turun untuk memimpin panglima tentara. Sedangkan, Letkol Slamet Riyadi turun sebagai komandan operasi.
Operasi tersebut berhasil menumpas pemberontakan. Namun, pemberontakan-pemberontakan itu kerap kali memakan korban yang tak sedikit dari pihak TNI. Melalui pengkajian, diketahui ternyata taktik dan pengalaman tempur yang baik harus pula didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.
Atas dasar itu, Letkol Slamet Riyadi membuat satuan pemukul yang bergerak secara cepat dan tepat dalam menghadapi berbagai sasaran di medan tempur. Setelah Sang Letkol gugur, perjuangan ini dilanjutkan oleh Alex Kawilarang.
Pada waktu-waktu setelahnya, satuan ini mengalami beberapa kali perubahan nama. Di antaranya adalah Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada tahun 1953, Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1952, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1955, Pusat Pasukan Khusus TNI AD (Puspassus TNI AD) pada 1966, Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) pada 1971, dan akhirnya menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1985 hingga saat ini.
Pilihan Editor: Profil Alex Kawilarang. Pendiri Kopassus Tangan Kanan Letkol Slamet Riyadi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.