TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria menjelaskan alasan ketua umum partainya, Prabowo Subianto mau masuk ke kabinet Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Padahal Jokowi saat itu adalah bekas rivalnya di Pilpres 2019. Akibatnya, Prabowo menuai hujatan dari para pendukungnya.
"Keputusan yang diambil oleh beliau adalah keputusan yang baik, bukan keputusan politisi, tapi itu keputusan negarawan. Jadi bedakan keputusan politisi dan negarawan," ujar Riza di Gedung Cyber2, Jakarta Selatan, Senin, 8 Mei 2023.
Mantan Wakil Gubernur DKI itu menjelaskan pasca pengumuman hasil Pilpres 2019, terjadi kerusuhan akibat ada banyak pendukung Prabowo yang tak terima jagoannya kalah. Menurut Riza, saat itu suara Prabowo kalah tipis dengan Jokowi, sehingga jika terjadi bentrok antarpendukung maka perpecahan di masyarakat sudah dapat dipastikan terjadi.
Bahkan kata Riza, seorang anak muda menyatakan siap mati untuk Prabowo. "Beliau (Prabowo) langsung kaget, beliau tidak ingin dan bilang 'kau jangan mati untuk saya. Kau harus hidup berjuang untuk bangsa dan negara'," kata Riza menirukan ucapan Prabowo kala itu.
Prabowo kemudian meminta agar para relawannya untuk mundur dari demonstrasi yang tengah digelar di depan Mahkamah Konstitusi (MK). Tak lama setelah itu, Prabowo memutuskan untuk masuk kabinet dan menjadi Menteri Pertahanan.
Pendukung Prabowo Kecewa
Riza menyebut akibat keputusan Prabowo itu banyak pendukungnya di Pilpres 2019 kecewa karena dianggap berkhianat. Bahkan, akibat hal tersebut Riza mengaku partainya harus kehilangan suara.
Selanjutnya, kalau Prabowo tetap jadi oposisi...