TEMPO.CO, Jakarta - Pernikahan Gus Musa dan Ning Nafisa yang digelar pada Ahad, 5 Maret 2023 lalu kini viral di media sosial, seperti TikTok. Pasalnya, pernikahan tersebut digelar secara mewah laiknya royal wedding, setelah ditelisik kemewahan tersebut terlihat wajar karena pernikahan tersebut melibatkan pengantin yang keluarganya merupakan orang berpengaruh di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Pengantin laki-laki, yakni Gus Musa diketahui merupakan putra dari pimpinan Pondok Pesantren atau Ponpes Al-Fatah Temboro yang terletak di Malang, Jawa Timur. Pesantren tersebut diketahui merupakan salah satu pesantren terbesar di Asia Tenggara.
Sementara itu, pengantin perempuan, yakni Ning Nafisa diketahui merupakan putri dari Dokter Irfan sekaligus cucu dari almarhum Dokter Tunjung Soeharso yang merupakan pendiri Rumah Sakit Karima Utama Solo dan pendiri Pondok Pesantren Isy Karima Karangpandan, Jateng. Pondok pesantren Isy Karima Karangpandan merupakan pondok pesantren yang terkenal akan kualitasnya karena telah menghasilkan ribuan penghafal Quran di seluruh Indonesia.
Pernikahan Gus Musa dan Ning Nafisa. TikTok
Profil Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro
Seperti dilansir dari laman kominfo.magetan.go.id, Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fatah merupakan sebuah pondok pesantren yang terletak di Desa Temboro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jatim. Pesantren yang menempati lokasi seluas 50 hektar tersebut merupakan pusat pengembangan ideologi Jamaah Tabligh terbesar se-Asia Tenggara.
Pondok pesantren Al Fatah pertama kali muncul sebagai halakah pengajian di bawah pimpinan K.H. Shiddiq pada 1912 dan bertahan hingga wafatnya Kiai Shiddiq pada 1950. Berikutnya kepemimpinan diserahkan kepada anaknya, yakni K.H. Mahmud Kholid Umar dengan K.H. Ahmad Shodiq selaku wakilnya.
Berikutnya, masih pada tahun yang sama Kiai Mahmud dan Kiai Ahmad mengubah halakah tersebut menjadi pesantren salaf dan di tahun-tahun berikutnya didirikan Madrasah Ibtidaiyah pada 1965, kemudian disusul dengan pendirian Pendidikan Guru Agama pada 1967 yang nantinya akan dipecah menjadi Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah pada 1985. Namun sebelum itu, seperti dilansir dari buku yang ditulis oleh Dr. Moh. Yusuf, Lc., MFi.I dengan judul Jama’ah Tabligh Temboro Magetan, Studi Gerakan Sosial Lokal Berorientasi Nilai, menyebut bahwa awal masuknya Jamaah Tabligh (JT) ke Temboro diawali pada 1984 melalui rombongan yang dipimpin oleh Profesor Abdus Sobur.
Lebih lanjut, terdapat K.H. Uzairon Thoifur Abdillah yang merupakan putra dari Kiai Mahmud bergabung dengan JT ketika masih belajar di Mesir. Setelah kepulangannya ke Temboro pada 1987, Kiai Uzairon membentuk kelompok khuruj yang terdiri dari para senior Al Fatah untuk berdakwah ke setiap rumah di sekitar pondok.
Sejak kegiatan tersebut, gerakan JT di Temboro menjadi lebih meluas dan menyebabkan pertumbuhan jamaah yang signifikan. Bahkan karena besarnya jumlah dan pengaruh Al fatah dan JT di Temboro, menjadikan desa tersebut mendapat julukan Kampung Madinah.
Pondok Pesantren Isy Karima Karangpandan
Dilansir dari laman isykarima.com, Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam Isy Karima atau YSPII merupakan cikal bakal pembentuk pendirian pondok pesantren Taman Pendidikan Al-Quran setingkat SMA di bawah bimbingan Ustadz Ya’qub Basya (rahimahullah) dan Ustadz Suwardi Effendi, Lc (rahimahullah).
Taman Pendidikan Al-Quran tersebut didirikan pada 1996 sebagai upaya untuk memakmurkan Masjid Bilan Bin Rabah yang dibangun di atas tanah wakaf dari dr. Tunjung Soelaksono Soeharso (rahimahullah) melalui Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Berawal dari hal tersebut, sejumlah penasihat dari YSPII yang terdiri atas Ustadz Ahmad Husnan, Lc (hafizhahullah), Ustadz Muzayyin Abdul Wahab, Lc (rahimahullah), Ustadz Suwardi Efendi, Lc (rahimahullah), dan Ustadz Muhammad Ilyas, Lc (hafizhahullah) serta dari DDII perwakilan Jawa Tengah memutuskan untuk mendirikan sebuah program pendidikan berupa Ma’had Tahfizhul Qur’an. Akhirnya pada 1998, secara resmi berdirilah Ma’had ‘Aly Tahfizhul Qur’an Isy Karima yang merupakan program pendidikan setingkat Diploma II dengan masa pendidikan selama 2 tahun dengan fasilitas beasiswa penuh.
Pilihan Editor: Perjalanan Carlos Raul Sciucatti Pesepak Bola Argentina Menjadi Mualaf dan Belajar di Pondok Pesantren Kalimantan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.