Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

59 Tahun Keputusan Cut Nyak Dhien sebagai Pahlawan Nasional, Makam Ditemukan Setelah 51 Tahun Wafat

image-gnews
Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu tokoh pejuang perempuan Indonesia asal Aceh, Cut Nyak Dhien, ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 106 Tahun 1964 tanggal 2 Mei 1964. Makam Cut Nyak Dhien sendiri baru diketahui berada di Sumedang pada 1959, pada masa Gubernur Aceh Ali Hasjmy.

Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau.

Cut Nyak Dhien adalah pahlawan yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Tewasnya Ibrahim Lamnga di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 kemudian menyeret Cut Nyak Dhien lebih jauh dalam perlawanannya terhadap Belanda. 

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar, setelah sebelumnya ia dijanjikan dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut. Dari pernikahan ini Cut Nyak Dhien memiliki seorang anak yaitu Cut Gambang.

Setelah menikah, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun, pada tanggal 11 Februari 1899 Teuku Umar gugur. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Namun usia Cut Nyak Dhien yang saat itu sudah relatif tua serta kondisi tubuh yang digrogoti berbagai penyakit seperti encok dan rabun serta jumlah pasukannya terus berkurang, ditambah mereka sulit memperoleh makanan. membuat satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba.

Oleh karena itu, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dhien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan berjuang mati-matian untuk saling menyerang. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Namun, aksi Dien berhasil dihentikan oleh Belanda

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Keberadaan Cut Nyak Dhien yang dianggap masih memberikan pengaruh kuat terhadap perlawanan rakyat Aceh serta hubungannya dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap membuatnya kemudian diasingkan ke Sumedang. Cut Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Nama Cut Nyak Dhien kini diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.

Menurut penjaga makam, makam Cut Nyak Dhien baru ditemukan pada 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di Belanda. Masyarakat Aceh di Sumedang sering menggelar acara sarasehan. Pada acara tersebut, peserta berziarah ke makam Cut Nyak Dhien dengan jarak sekitar dua kilometer. Menurut pengurus makam, kumpulan masyarakat Aceh di Bandung sering menggelar acara tahunan dan melakukan ziarah setelah hari pertama Lebaran. Selain itu, orang Aceh dari Jakarta melakukan acara Haul setiap bulan November.

Perjuangan Cut Nyak Dhien pernah diinterpretasi dalam film drama epos berjudul Tjoet Nja' Dhien pada tahun 1988 yang disutradarai oleh Eros Djarot dan dibintangi Christine Hakim sebagai Tjoet Nja' Dhien, Piet Burnama sebagai Pang Laot, Slamet Rahardjo sebagai Teuku Umar dan juga didukung Rudy Wowor. Film ini memenangkan Piala Citra sebagai film terbaik, dan merupakan film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes pada 1989. 

Pilihan Editor: Hari-hari Terakhir Cut Nyak Dhien, 113 Tahun Lalu Warga Sumedang Sebut Ibu Perbu

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Indonesia Diharapkan Jadi Teladan dalam Memperlakukan Pengungsi Rohingya

45 menit lalu

Debbie Stothard dari ALTSEAN Burma. Foto: Istimewa
Indonesia Diharapkan Jadi Teladan dalam Memperlakukan Pengungsi Rohingya

ALTSEAN-Burma meminta Indonesia agar bisa menjadi contoh dalam memperlakukan pengungsi Rohingya.


UNHCR Pastikan akan Tetap Lindungi Pengungsi Rohingya di Indonesia

1 hari lalu

Petugas Basarnas Pos SAR Meulaboh memeriksa imigran etnis Rohingya sebelum proses evakuasi di perairan laut Desa Padang Bakau, Labuhan Haji, Aceh Selatan, Aceh, Kamis 24 Oktober 2024. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi kesehatan pengungsi Rohingya sebelum proses evakuasi. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
UNHCR Pastikan akan Tetap Lindungi Pengungsi Rohingya di Indonesia

UNHCR akan tetap memberikan akses dan fasilitas kepada para pengungsi Rohingya di Indonesia, dan memenuhi kebutuhan para pengungsi


Respons Pengungsi Rohingya soal Kampanye Kebencian yang Menolak Mereka

1 hari lalu

Petugas Basarnas Pos SAR Meulaboh memeriksa imigran etnis Rohingya sebelum proses evakuasi di perairan laut Desa Padang Bakau, Labuhan Haji, Aceh Selatan, Aceh, Kamis 24 Oktober 2024. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi kesehatan pengungsi Rohingya sebelum proses evakuasi. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Respons Pengungsi Rohingya soal Kampanye Kebencian yang Menolak Mereka

Pengungsi Rohingya berharap kampanye penolakan pada mereka di Aceh diselesaikan dengan baik oleh pemerintah Indonesia


Review Film Bila Esok Ibu Tiada: Menghargai yang Tersisa Usai Kepergian Ibu

3 hari lalu

Poster film Bila Esok Ibu Tiada. Foto: Leo Pictures.
Review Film Bila Esok Ibu Tiada: Menghargai yang Tersisa Usai Kepergian Ibu

Film Bila Esok Ibu Tiada tentang perjalanan emosional sebuah keluarga yang tersadar akan arti kasih sayang setelah kepergian ibu mereka.


Kelakar Christine Hakim Soal Reza Rahadian Cocok Jadi Wakil Prabowo

4 hari lalu

Sutradara sekaligus Founder Gambar Gerak, Reza Rahadian saat menghadiri jumpa pers peluncuran film pertamanya berjudul Pangku, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Selasa, 29 Oktober 2024. Pangku direncanakan rilis pada 2025. TEMPO/Jasmine.
Kelakar Christine Hakim Soal Reza Rahadian Cocok Jadi Wakil Prabowo

Berlandaskan pengalaman saat syuting film Pangku, Christine Hakim menilai Reza Rahadian cocok jadi wakil presiden.


Usai 20 Tahun, Christine Hakim dan Slamet Rahardjo Reunian di Film Bila Esok Ibu Tiada

5 hari lalu

Aktor Film Bila Esok Ibu Tiada Slamet Rahardjo (kiri) bersama Christine Hakim (tengah) dan Rudi Soedjarwo (kanan) saat jumpa pers di Plaza Indonesia XXI, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024.Film ini menampilkan drama keluarga yang menceritakan sebuah keluarga dengan empat orang anak yang sangat bergantung pada ibunya. TEMPO/Ilham Balindra
Usai 20 Tahun, Christine Hakim dan Slamet Rahardjo Reunian di Film Bila Esok Ibu Tiada

Film Bila Esok Ibu Tiada menjadi momen reuni bagi para aktor senior untuk bermain bersama.


Fedi Nuril dan Amanda Manopo Frustrasi Perankan Adegan Konflik di Film Bila Esok Ibu Tiada

5 hari lalu

Aktor Film Bila Esok Ibu Tiada Fedi Nuril saat jumpa pers di Plaza Indonesia XXI, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024. Film ini menampilkan drama keluarga yang menceritakan sebuah keluarga dengan empat orang anak yang sangat bergantung pada ibunya. TEMPO/Ilham Balindra
Fedi Nuril dan Amanda Manopo Frustrasi Perankan Adegan Konflik di Film Bila Esok Ibu Tiada

Para pemeran film Bila Esok Ibu Tiada bercerita tentang tantangan adegan konflik antar saudara.


Alasan Kakek Presiden Prabowo Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

8 hari lalu

Margono Djojohadikusumo. WIkipedia
Alasan Kakek Presiden Prabowo Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Sebuah lembaga riset dan konsultasi menyatakan, kakek Presiden Prabowo layak menjadi pahlawan nasional.


1 Mayam Berapa Gram Emas? Ini Perhitungan yang Digunakan Masyarakat Aceh

8 hari lalu

Suasana penjualan perhiasan emas di Galeri24 Salemba, Jakarta, Senin 30 September 2024. Harga emas berpotensi naik pekan depan setelah mengalami stagnasi selama beberapa hari terakhir. TEMPO/Tony Hartawan
1 Mayam Berapa Gram Emas? Ini Perhitungan yang Digunakan Masyarakat Aceh

1 mayam ada berapa gram? Perhitungan berat ini digunakan oleh masyarakat Aceh untuk mengukur berat emas. Berikut ini penjelasan lengkapnya.


Cerita Tersangka Kurir Narkoba Asal Aceh yang Ditangkap BNN, Tergiur Upah 10 Juta

8 hari lalu

Barang bukti 15 kilogram narkotika jenis sabu, 10.345 butir narkotika jenis ekstasi dengan berat netto 3.021,8 gram yang ditunjukkan dalam konferensi pers di Kantor BNN, Cawang, Jakarta, Jumat, 20 September 2024. BNN meringkus penyelundupan narkotika jaringan internasional Thailand-Malaysia-Indonesia melalui perairan wilayah Aceh yang akan diedarkan di wilayah Sumatera Utara dan Palembang. Pada kasus ini, BNN berhasil menemukan 15 kilogram narkotika jenis sabu, 10.345 butir narkotika jenis ekstasi dengan berat netto 3.021,8 gram. TEMPO/Ilham Balindra
Cerita Tersangka Kurir Narkoba Asal Aceh yang Ditangkap BNN, Tergiur Upah 10 Juta

BNN menemukan total 20 bungkus narkoba jenis sabu seberat 19.987 gram yang disembunyikan di beberapa tempat dalam mobil yang disergap di Bogor.