TEMPO.CO, Bandung - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menegaskan kebebasannya bukanlah sebagai awal mula permusuhan atau pertentangan dengan orang-orang yang menganggap Anas sebagai musuh politiknya. Ia mengaku tidak datang untuk melakukan balas dendam.
"Mohon maaf kalau ada yang berpikir saya keluar bebas ini kemudian mendatangkan atau melahirkan permusuhan atau pertentangan, saya katakan mohon maaf, tidak," ucap Anas saat memberikan pernyataan dalam pidatonya usai keluar dari Lapas Sukamiskin, Selasa, 11 April 2023.
Anas mengatakan tidak ada kamus pertentangan dalam benaknya. Ia hanya terus berusaha menjunjung tinggi asas perjuangan keadilan untuk Indonesia lebih baik lagi ke depannya. "Tidak ada kamus pertentangan permusuhan, tetapi kamus saya adalah perjuangan keadilan," ujar dia.
Namun, ucap dia, kalau saja ada orang yang merasa termusuhi, maka itu sebagai konsekuensi dari asas keadilan yang diusung Anas.
"Andai dalam perjuangan keadilan itu ada yang merasa termusuhi, mohon maaf bukan karena saya hobi permusuhan, tetapi karena itu konsekuensi perjuangan keadilan. Jadi hati saya adalah sikap persaudaraan, sikap persahabatan. Itu yang ingin saya garis bawahi," ucapnya.
Anas disambut oleh ratusan simpatisannya saat keluar dari Lapas Klas I Sukamiskin. Mereka mayoritas mengenakan pakaian atasan putih. Di antaranya dari kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badan Koordinator (Badko) Jawa Barat. Selain itu, beberapa kolega Anas pun datang menyambut kebebasan terpidana kasus korupsi megaproyek Wisma Atlet Hambalang tersebut.
Beberapa kolega yang ikut menjemput Anas Urbaningrum ke Lapas Sukamiskin yakni, Ketua DPW Partai Nasional Demokrat (NasDem) Jawa Barat Saan Mustopa, kader PDIP sekaligus anggota KAHMI Rifqi Karsayuda, Ketua PKN, Gede Pasek Suardika, dan yang lainnya.
Pilihan Editor: Dewas KPK Tindaklanjuti Laporan Pengembalian Endar Priantoro Ke Polri