TEMPO.CO, Jakarta - Survei Indikator Politik Indonesia memperlihatkan elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengalami tren penurunan. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menduga meningkatnya kepuasan terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi penyebab penurunan tersebut.
“Tingkat kesukaan terhadap Jokowi dengan Anies Baswedan itu korelasinya negatif, jadi kalau tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi meningkat, itu yang turun elektabilitas Anies,” kata Burhanuddin ketika dihubungi, Senin, 27 Maret 2023.
Indikator Politik Indonesia menggelar survei elektabilitas calon presiden pada Maret 2023. Indikator Indonesia menyimpulkan bahwa telah terjadi tren penurunan terhadap elektabilitas Anies Baswedan. Dalam simulasi survei 10 nama capres misalnya, elektabilitas Anies melejit pada November 2022 yaitu 23,9 persen suara. Elektabilitas itu kembali naik pada survei Desember 2022 menjadi 24 persen suara, namun turun kembali menjadi 23,1 persen pada Februari 2023. Elektabilitas itu terus turun menjadi 22,5 persen pada survei Maret 2023.
Hasil survei terakhir membuat posisi Anies disalip oleh elektabilitas Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang kini bertengger di posisi kedua. Adapun Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berada di posisi pertama.
Menurut Burhanuddin, hasil survei yang diperoleh Anies berbanding terbalik dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap Presiden Jokowi. Data Indikator Politik menunjukkan pada survei November 2022, tingkat kepuasan Jokowi relatif rendah yakni berada di posisi 66 persen. Pada saat yang sama itu, elektabilitas Anies berada di tingkat tertingginya. Sebaliknya, ketika tingkat kepuasan terhadap Jokowi meningkat menjadi 73 persen pada survei bulan Maret 2023, elektabilitas Anies justru melorot.
“Ketika approval rating Jokowi turun yang mendapat insentif secara elektoral adalah Anies Baswedan, masalahnya selama beberapa bulan terakhir approval rating Pak Jokowi meningkat. Nah itu jadi kabar buruk untuk Anies Baswedan,” kata Burhanuddin.
Menurut Burhanuddin, korelasi antagonis antara tingkat kepuasan terhadap Jokowi dengan elektabilitas Anies dapat dimaklumi. Dia menganggap Anies selama ini mencitrakan dirinya sebagai figur yang membawa narasi perubahan. “Anies mempersepsikan dirinya sebagai figur alternatif, figur yang dianggap sebagai tokoh oposisi utama,” kata dia.
Pengajar di Universitas Paramadina itu mengatakan citra yang dipilih oleh Anies itu di satu sisi akan menyulitkan posisinya, terutama ketika tingkat kepuasan terhadap Jokowi meningkat. “Bagaimana mau jualan perubahan ketika 73 persen masyarakat puas,” tutur Burhanuddin.
Dia mengatakan ketika kepuasan terhadap Jokowi meningkat, maka ruang gerak Anies sebagai pembawa narasi perubahan akan menyempit. Dalam kondisi itu, kata dia, Anies terpaksa hanya memperebutkan segmen pemilih minoritas, yakni mereka yang tidak puas dengan Jokowi.
Untuk membenahi penurunan elektabilitas ini, Burhanuddin menyarankan Anies untuk lebih fleksibel dalam melakukan kampanye. “Karena kalau terlalu mengambil segmen perubahan itu agak repot karena basis mereka yang menginginkan perubahan minoritas, minimal dalam beberapa bulan terakhir ini,” ujar dia.
Pilihan Editor: PKS-NasDem Bilang Begini Soal Elektabilitas Anies Baswedan Turun