Surprise dan Sangat Mengejutkan
Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa maskapai miliknya telah terbang ke Papua selama bertahun-tahun, yaitu sejak 2006.
"Jadi kita terbang di rute perintis dan rute aman. Kalau Paro itu adalah salah satu rute perintis, dan kita telah terbang ke sana bertahun-tahun," kata Susi Pudjiastuti.
Dia melanjutkan, Susi Air dari dulu melaksanakan penerbangan di Papua dengan hati-hati dan mengutamakan keselamatan penerbangan.
"Kami biasanya tidak terbang ke tempat-tempat yang memang sudah ada indikasi rumor ketentuan, ada Notam (Notice To Air Missions) biasanya kalau resmi dari pemerintah," ujar Susi.
Kemudian, lanjut dia, Notam itu menjadi ketentuan boleh tidaknya mereka terbang. Menurut Susi, jika ada informasi larangan terbang, pihaknya tidak akan terbang ke tempat tersebut.
"Jadi dengan segala kehati-hatian, apa yang terjadi ini adalah sebuah surprise dan sangat prihatin, tidak habis pikir," tuturnya.
Bantah Tuduhan Pilot Susi Air yang Disandera Mendukung OPM
Susi Pudjiastuti menegaskan bahwa pilot Susi Air yang disandera, Philips Max Mehrtens, bukan seorang pendukung teroris kelompok kriminal bersenjata (KKB) ataupun kelompok Operasi Papua Merdeka (OPM). Susi mengaku tahu persis sosok Philips. Bagi Susi, Philips merupakan pilot terbaik yang Susi Air pernah miliki.
Menurut Susi, Philips sudah bekerja di maskapai tersebut sejak 2012. Philips sempat keluar dari Susi Air pada 2015 dan kembali bergabung pada 2020.
“Beredar rumor bahwa, itu sangat tidak benar, yang mengatakan bahwa mungkin Philips Max Mehrtens bersama dengan OPM atau apa. Tidak ada, karena dia adalah seorang bapak rumah tangga. Saya kenal istrinya, Phil kerja sama saya hampir sepuluh tahun dari tahun 2012 sampai 2015. Kemudian keluar. Kemudian kembali tahun 2020,” kata Susi.
Susi mengatakan Philips menikah dengan perempuan asal Pangandaran. Mertua Philips, menurut dia, bekerja di perusahaan perikanan miliknya selama puluhan tahun. Susi mengatakan mengenal keluarga istri Philips dengan sangat baik.