TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Agung (Kejagung) menyatakan tidak akan mengajukan banding terhadap vonis terhadap Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Kejaksaan menyatakan menghormati putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas vonis 1 tahun 6 bulan terhadap Eliezer.
"Kami memutuskan untuk tidak mengajukan banding," kata Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum Fadil Zumhana, seperti dikutip Tempo, Kamis, 16 Februari 2023.
Fadil mengatakan keputusan tidak mengajukan banding diambil atas beberapa pertimbangan. Kejaksaan, kata dia, menilai keadilan substantif telah terpenuhi dalam vonis terhadap Eliezer.
Selain itu, kata dia, kejaksaan juga menimbang sikap keluarga Brigadi Nofriansyah Yosua Hutabarat yang menyatakan telah memaafkan Richard.
"Dalam hukum, maaf adalah mata tertinggi dalam pemenuhan keadilan," tutur Fadil.
Apa itu inkracht?
Dengan tidak adanya keinginan jaksa dan juga penasihat hukum Eliezer untuk mengajukan banding, dapat diartikan bahwa keputusan atau vonis hakim sudah inkracht atau berkekuatan hukum tetap.
Dalam istilah hukum, inkracht adalah putusan pengadilan negeri yang diterima oleh kedua belah pihak yang berperkara, putusan perdamaian, putusan verstek yang terhadapnya tidak diajukan verzet atau banding, seperti dikutip dari pn-kuningan.go.id.
Dasar hukum dari alur beracara pidana diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bagaimana pelaksanaan proses beracara pidana, mulai dari tahap penyidikan di kepolisian, putusan hakim di pengadilan hingga pengajuan banding.
Dasar hukum tahapan banding adalah UU No 4/2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Pokok Kekuasaan dan UU No 20/1947 tentang Peradilan Ulangan. Permohonan banding ini diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan.
Vonis terhadap Richard Eliezer
Sebelumnya, Majelis Hakim PN Jakarta Selatan memvonis Eliezer 1 tahun 6 bulan penjara pada sidang Rabu, 15 Februari 2023. Hakim meyakini Richard terbukti terlibat sebagai eksekutor pembunuhan berencana Brigadir Yosua.
Meskipun demikian, hakim menilai Eliezer bukan sebagai pelaku utama kasus itu. Majelis hakim menyebut mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri, Irjen Ferdy Sambo, sebagai otak pembunuhan tersebut.
Vonis tersebut jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa, yakni 12 tahun penjara. Hakim memvonis ringan Richard karena beberapa alasan. Di antaranya, status Richard sebagai justice collaborator, yaitu saksi pelaku yang bekerjasama dengan penegak hukum untuk mengungkap sebuah kasus.
M ROSSENO AJI
Pilihan Editor: Daftar 10 Kementerian dengan Anggaran Terbesar, Mana yang Kena Blokir Sri Mulyani?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini