INFO NASIONAL - Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA, menyebutkan bahwa keberadaan berbagai Islamic Centre di seluruh dunia merupakan salah satu bukti bahwa umat Islam bisa mengisi peluang dan menjawab tantangan segala permasalahan di tingkat dunia dengan cara yang berkeadaban dan berkeunggulan.
Menurut HNW, Islamic Centre pada akhirnya menimbulkan obyektivitas masyarakat dunia tentang eksistensi positif konstruktif Islam dan umat Islam. Bahkan PBB menyepakati satu hari internasional, yaitu Hari Anti Islamophobia.
“Saya kira itu bagian dari hasil tak langsung perjuangan hadirkan peradaban Islam yang dilakukan Islamic Centre-Islamic Centre di seluruh dunia,” kata Hidayat Nur Wahid usai menyampaikan keynote speech dalam Konferensi Internasional Islamic Centre Dunia di Jakarta, Selasa, 22 November 2022.
HNW mengapresiasi Konferensi Internasional Islamic Centre Dunia bertema “Mewujudkan Peradaban islam Dunia, Peluang dan Tantangan” yang diprakarsai oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam (PPPI) Jakarta Islamic Centre (JIC).
Berbagai event internasional, HNW melanjutkan, seperti Konferensi Internasional Islamic Centre Dunia, pertemuan G20, P20, dan penyelenggaraan konferensi internasional MPR, menegaskan bahwa Indonesia tetap menjadi perhatian dan dipercaya dunia, termasuk dunia Islam.
“Ini menjadi modal besar bagi Indonesia untuk bisa melaksanakan perannya sesuai dengan cita-cita Proklamasi dan Pembukaan UUD 45. Juga memberikan kepercayaan bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi beragam tantangan yang ada termasuk tantangan untuk bangkit kembali sesudah pandemi Covid-19, selain masalah sosial, ekonomi, dan sebagainya,” tutur HNW.
Ia berharap Islamic Centre mampu memaksimalkan komunitas internasional yang memang sudah menerima keberadaan umat Islam melalui mekanisme demokrasi dan regulasi yang ada. Sehingga dapat mengkoreksi kesalahpahaman yang selama ini terjadi terhadap umat Islam, kemudian memunculkan sikap dan cara pandang berukhuwah (bersahabat dan bersaudara).
Harapan selanjutnya, konferensi ini bisa menularkan pengalaman baik dari setiap Islamic Centre di berbagai belahan dunia. Misalanya, keunggulan Islamic Centre di dunia barat bisa dipelajari Islamic Centre yang ada di Indonesia maupun negara-negara yang mayoritas beragama islam. Demikian pula sebaliknya.
“Kata kuncinya, adalah bagaimana Islamic Centre ini menghadirkan masyarakat yang berukhuwah dan terbuka, masyarakat yang saling dukung mendukung, tolong menolong, menghadirkan peradaban berkeunggulan untuk bisa menjadi bagian daripada upaya menghadirkan Islam yang rahmatan lil alamin,” ujarnya.
Di tahun politik ini, lanjut HNW, Islamic Centre juga bisa menjadi bagian yang memastikan peradaban. “Jangan sampai di tahun politik, lembaga-lembaga keagamaan, mimbar keagamaan, termasuk rumah-rumah ibadat, malah membenarkan framing yang bisa menimbulkan kegaduhan dan memperkeruh suasana sosial dan politik. Padahal seharusnya, agama dan masjid itu mencerahkan dan hadirkan peradaban unggul,” tutur HNW.
Islamic Centre juga bisa menjadi bagian yang menghadirkan komitmen, peradaban, dari komunitas beragama, komunitas umat Islam, untuk mengkoreksi limbah demokrasi, menjadi solusi, membawa pada rahmatan lil alamin.
"Saya kira ini bekal penting ketika kita segera masuk di tahun politik. Agar perpolitikan kita dicerahkan dengan keteladanan dan edukasi positif dari Masjid maupun Islamic Centre dengan para pimpinan dan jemaahnya,” kata dia.
Selain HNW, turut hadir dalam konferensi ini antara lain Asisten Kesra Sekda Provinsi DKI Jakarta Uus Kuswanto, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam (PPPI) Jakarta Islamic Centre (JIC), K.H. Subki Lc, Direktur Lembaga Arrisalah Sudan-Indonesia Dr. Hassan Mohamed Doka, Ketua Yayasan Turki Sulaimaniyah Mr. Hilmi Elmas, MA, dan pimpinan lembaga masjid raya dan Islamic Centre dari berbagai daerah di Indonesia dan negara-negara seperti Jepang, Malaysia, India, dan Australia. (*)