TEMPO.CO, Solo- Wakil Presiden Ma'ruf Amin resmi menutup rangkaian acara Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ahad malam, 20 November 2022. Dalam sambutannya, Ma'ruf Amin, mengemukakan keberadaan Muhammadiyah sebagai salah satu ormas Islam yang memiliki kontribusi terhadap perkembangan bangsa.
"Muhammadiyah didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh semangat dan jiwa pembaharu dalam diri beliau untuk memperbaiki kondisi umat Islam yang saat itu statis dan tidak berkembang. Artinya visi Islam berkemajuan memang menjadi hakikat kelahiran dan napas perjuangan organisasi Muhammadiyah," ujar dia.
Menurut Ma'ruf visi Muhammadiyah sejalan dengan visi bangsa Indonesia yang saat ini tengah diperjuangkan, yaitu mewujudkan Indonesia Emas 2045, bangsa yang maju. Indonesia Emas, kata Ma'ruf, didirikan oleh kualitas manusia yang unggul serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, rakyat yang jauh lebih sejahtera secara merata, serta ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan yang kuat dan berwibawa.
"Mewujudkan kemajuan bangsa yang majemuk, seperti bangsa Indonesia di tengah kompleksnya tantangan di dalam negeri maupun di dunia. Menuntut kerja dan pemikiran dari SDM yang unggul dan ini menjadi komponen integral dalam upaya mewujudkan Islam berkemajuan dan negara berkemajuan dalam ajaran islam," tuturnya.
Ma'ruf Amin Singgung Pemilu 2024
Ma'ruf Amin mengatakan generasi unggul adalah generasi yang mampu memakmurkan bumi Allah dan untuk melakukannya generasi itu harus memiliki kunci-kuncinya, yaitu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ma'ruf Amin sempat menyinggung Pemilu 2024. Ia mengingatkan sekaligus berharap agar penyelenggaraan pemilu tidak mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa.
"Sebaiknya dan saya berharap Pemilu 2024, baik pilpres, pileg, maupun pilgub, tidak mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa. Perbedaan partai, perbedaan capres, sebaiknya tidak membelah keutuhan bangsa ini," ucap Ma'ruf.
Ma'ruf menambahkan, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang paling moderat di dunia. Bahkan model toleransi di Indonesia menjadi model di tingkat global. Model toleransi di Indonesia banyak dijadikan rujukan belajar di tingkat global. "Dan saat ini sudah saatnya Bahasa Indonesia diterjemahkan dalam Bahasa Arab. Karena kita menjadi model yang dipelajari, oleh majelis orang-orang kita di tingkat global. Saya mengajak Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk terus berjuang bersama pemerintah," ujar dia.
Muhammadiyah dan Aisyiyah, kata Ma'ruf, memiliki peran ekonomi dan sosial yang besar di seluruh negeri. Termasuk menggerakkan sumber daya umatnya dan menjadikannya kekuatan pembangunan bangsa. "Muktamar Muhammadiyah tahun ini semakin meneguhkan peran Muhammadiyah dan Aisyiyah dalam memberikan sumbangan mewujudkan kemajuan seperti yang diharapkan, menyampaikan dakwah," ucapnya.
Baca Juga: Pidato di Muktamar Muhammadiyah, Haedar Nashir Ajukan 3 Pertanyaan Instrospektif