INFO NASIONAL – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya menyediakan kebutuhan air bersih untuk seluruh wilayah administratif, termasuk di Kepulauan Seribu. Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta sebagai pengampu tanggung jawab ini, menyiapkan Instalasi Pengelolaan Air (IPA) dengan teknologi Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) dan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO).
Kepala Dinas SDA DKI, Yusmada Faizal Samad, menjelaskan, IPA SWRO digunakan untuk mengolah air laut menjadi air tawar (air bersih) melalui proses osmosis balik (reverse osmosis). “Teknologi SWRO memanfaatkan membran khusus untuk menyaring kandungan garam yang tinggi di dalam air laut. Proses pemisahan garam dilakukan pada tekanan tinggi, sehingga dibutuhkan energi yang besar untuk melakukan proses tersebut,” ujarnya.
IPA SWRO pertama kali dibangun DSDA Provinsi DKI Jakarta di Kabupaten Kepulauan Seribu pada 2017. IPA tersebut dibangun di Pulau Untung Jawa dengan kapasitas 2,5 liter per detik (lps). Kemudian pada 2018, 2019, dan 2021 secara berurutan dibangun 4, 3, dan 1 unit IPA SWRO di Kabupaten Kepulauan Seribu.
Adapun manfaat IPA SWRO yakni membuka akses kepada warga Kepulauan Seribu untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi prinsip 4K (Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan Keterjangkauan).
Pertama, Kuantitas artinya sumber air baku yang digunakan adalah air laut yang merupakan sumber air terbesar di Kepulauan Seribu. Sedangkan, Kualitas berarti air bersih yang dihasilkan teknologi reverse osmosis memenuhi standar baku mutu air bersih. Sementara, Kontinuitas berarti ketersediaan air bersih melalui SWRO dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan berkelanjutan. Terakhir, Keterjangkauan memungkinkan warga Kepulauan Seribu berlangganan air bersih, karena Pemprov DKI memberlakukan tarif yang terjangkau. Aturan subsidi air bersih tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur DKI Nomor 57 Tahun 2021 tentang Tarif Air PAM Jaya.
Keberadaan IPA SWRO di Kepulauan Seribu juga membantu meminimalkan penggunaan air tanah sebagai sumber air bagi masyarakat. Pasalnya, pengambilan air tanah yang berlebihan di daerah pesisir atau kepulauan dapat menyebabkan intrusi air laut dan penurunan muka tanah, yang berdampak buruk bagi masyarakat serta lingkungan.
Air tanah di Kabupaten Kepulauan Seribu sebagian besar bersifat payau (campuran antara air tawar dan air laut /asin) yang berkadar garam tinggi (0.05-3 persen), sehingga tidak layak digunakan sebagai air bersih bagi masyarakat. Penggunaan air payau untuk dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit perut, seperti diare. Sedangkan bila digunakan untuk mandi dapat memicu penyakit kulit, semisal gatal-gatal.
Saat ini telah tersedia 11 IPA BWRO dan 8 IPA SWRO di Kepulauan Seribu. Sementara satu IPA SWRO sedang dalam proses penyelesaian di Pulau Sabira. Saat ini SWRO dikelola PD PAM Jaya, sedangkan BWRO dikelola Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta.
Kepala Suku Dinas SDA Kepulauan Seribu, Hendri, menyatakan, pembangunan IPA SWRO di Pulau Sabira berkapasitas 1,5 liter per detik. Hingga Juni 2022, pembangunan IPA SWRO yang dimulai sejak Agustus 2021 masih terus berlangsung. Warga Pulau Sebira sangat mengharapkan instalasi tersebut segera rampung.
Ketua RW 03 Pulau Sabira, Muhammad Ali Kurniawan, mengungkapkan, dengan SWRO rampung, warga bisa memanfaatkan secara maksimal penggunaan air tawar dalam kegiatan sehari-hari. "Dari total 148 rumah di Pulau Sabira, yang sudah terpasang atau tersambung itu sebanyak 58 rumah, 90 rumah lagi belum terpasang," ucapnya.
Sebelum dibangun IPA SWRO, sumber air utama masyarakat Kepulauan Seribu berasal dari air tanah, penampungan air hujan, serta air hasil olahan dari Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) yang menggunakan air tanah sebagai sumber air baku.
Kendati DSDA Provinsi DKI Jakarta telah menyiapkan IPO SWRO, proyek Penampungan Air Hujan (PAH) tetap dilaksanakan. Sepanjang September lalu, tim Satuan Tugas (Satgas) SDA membangun empat titik PAH, dengan kapasitas penampungan sebanyak 1.050 liter di Pulau Sabira. PAH dibangun pula di Pulau Panggang yang memiliki kapasitas serupa. “Pembuatan PAH tersebut untuk menambah pasokan air bersih yang bersumber dari air hujan,” pungkas Kepala Sudin SDA Kepulauan Seribu, Hendri. (*)