Ahli Teknologi Polimer Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan Kepala Center for Sustainability and Waste Management, Mochamad Chalid mengatakan, dalam konteks air minum dalam kemasan, problem yang dihadapi dalam menjaga kualitasnya adalah soal berulangnya pemakaian kemasan. “Masalahnya di sini adalah keberulangan yang membuka potensi leaching (proses ekstraksi zat dari padatan yang larut ke dalam cairan) terjadi dengan stimulasi air dan suhu tinggi," katanya. Pada dasarnya, Chalid menjelaskan, air itu sendiri tidak dengan mudah leaching, kecuali ada stimulasi suhu tinggi. “Maka tidak aman kalau penggunaannya tidak sesuai spesifikasi atau ketentuan.”
Sementara dari sisi penanganan paskakonsumsi, Chalid mengatakan, PET memiliki tingkat daur ulang hingga 93 persen, sehingga dapat didaur ulang secara berkali-kali dan menjadi produk lain, seperti geotextile (terpal), dakron untuk bantal, karpet, dan pakaian. “Plastik tidak didesain untuk meluruh melainkan daur ulang," kata Chalid. Sampah botol air mineral dari PET dapat dicacah menjadi wadah makanan dan minuman.
Jepang telah beralih sepenuhnya ke plastik PET untuk memenuhi kebutuhan kemasan. Begitu juga negara-negara lain yang mulai mengubah kebijakan penggunaan polikarbonat untuk kemasan pangan. Contoh, negara bagian California, Amerika Serikat, mewajibkan produsen mencantumkan label ‘kemasan ini mengandung BPA yang berpotensi menyebabkan kanker, gangguan kehamilan, dan sistem reproduksi’. Denmark, Austria, Swedia, dan Malaysia melarang penggunaan BPA pada kemasan makanan dan minuman untuk usia 0-3 tahun.
Senada dengan Chalid, Muhammad Taufiq mengatakan, kemasan PET paskakonsumsi dapat dipilah, dikumpulkan, dan didaur ulang. Kemasan PET diolah kembali menjadi bijih plastik kemudian menjadi botol lagi untuk wadah air minum dalam kemasan. Namun demikian, tetap ada persyaratan tertentu dalam proses daur ulang hingga menjadi produk siap pakai. Sementara material polikarbonat kini mulai digunakan sebagai bahan alternatif atau pengganti kaca.
Taufiq mengatakan, masyarakat dapat membedakan kemasan plastik PET dengan polikarbonat secara kasat mata. Kedua jenis plastik ini sama-sama memiliki karakteristik bening dan berkilap. Perbedaannya, sifat PET lebih fleksibel, sedangkan polikarbonat lebih keras. (*)
#PilahYangBaik #UntukLingkunganIndonesia