TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali mengingatkan soal krisis ekonomi dunia yang diakibatkan oleh perang Rusia - Ukraina. Menurut Jokowi, dampak perang itu mengakibatkan inflasi di beberapa negara tidak terkendali.
Bahkan, kata Jokowi, dampak perang membuat pertumbuhan ekonomi tahun 2023 yang awalnya diprediksi tumbuh 3 persen, kini menjadi 2,2 persen.
"Di Argentina (inflasi) sudah 83,5 persen dengan kenaikan suku bunga sudah 3.700 basis poin," ujar Jokowi di acara Investor Daily di JCC, Jakarta Pusat, Selasa, 11 Oktober 2022.
Jokowi menjelaskan, kondisi geopolitik dan bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini membuat banyak negara dapat dengan mudah jatuh ke jurang inflasi. Namun, Jokowi menyebut Indonesia termasuk yang beruntung karena bisa mengendalikan fiskal dan moneter secara baik, sehingga inflasi dapat ditekan serendah mungkin.
"Kita inflasi 5,9 persen dengan perubahan suku bunga di 75 basis poin. Artinya, moneter kita masih pada posisi yang kita bisa kendalikan," kata Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi menyebut inflasi di Indonesia terkendali berkat kedekatan antara Bank Indonesia dengan Kementerian Keuangan. Kebijakan antara lembaga dan kementrian itu disebut Jokowi saling mendukung satu sama lain.
"Antara bank sentral kita BI dan Kemenkeu berjalan beriringan, berjalannya rukun tidak saling tumpang tindih, komunikasinya baik sehingga fiskal dan moneter bisa berjalan bersama-sama," kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi menyebut upaya pemerintah dengan memberikan subsidi langsung kepada masyarakat pascakenaikan harga BBM, juga diklaim mampu menekan inflasi. Jokowi menyebut subsidi itu membuat daya beli dan konsumsi masyarakat tetap tinggi.
Baca juga: Bahlil Bela Jokowi soal Penanganan Krisis: Tak Ada Satu pun Dapat Meramal Ekonomi Global Hari Ini
M JULNIS FIRMANSYAH