INFO NASIONAL -- Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengungkapkan banyak yang tidak tahu kehidupan dirinya dimulai dari bawah. Terlahir bukan dari keluarga berada, membuat Bamsoet harus berusaha keras sejak kecil. Bahkan, Bamsoet sempat menggadaikan barang-barang, seperti jam tangan, sebagai modal usaha menjual kebutuhan pokok.
"Apa yang saya capai hari ini bukan sesuatu hal yang tiba-tiba datang dari langit. Saya merintis usaha dari bawah,” kata dia saat launching buku 'Meniti Buih di Antara Karang' sekaligus syukuran ulangtahun ke-60 bersama keluarga dan para sahabat di Jakarta, akhir pekan lalu.
Semasa kuliah Bamsoet menjual berbagai kebutuhan pokok, seperti sayur, bawang merah dan telor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. “Karena tidak memiliki modal, saya terpaksa menggadaikan barang-barang yang dimiliki, termasuk jam tangan kesayangan pemberian almarhum Ayah saya," ujar dia.
Usai lulus dari Akademi Akuntasi Jayabaya dan Fakultas Ekonomi STEI, Bamsoet memulai kariernya sebagai seorang jurnalis. Dia bergabung dalam Harian Prioritas yang dipimpin Surya Paloh. Saat menjadi wartawan, Bamsoet banyak bertemu dengan narasumber yang menjadi pengusaha. Semisal, Bob Sadino, Aburizal Bakrie, Agung Laksono ataupun Syarif Cicip Sutardjo.
"Mereka adalah guru-guru saya dalam bidang bisnis. Bang Surya Paloh adalah Boss yang memberikan gaji pertama dalam kehidupan saya sebagai wartawan. Ketika Harian Prioritas dibredel, saya kemudian memberanikan diri memulai usaha media dengan menawarkan proposal kepada Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Adi Putera Tahir, Ava Tjokropranolo dan Fadel Muhammad. Mereka semua kemudian menyetujuinya," papar Bamsoet.
Agung Laksono pula yang mengajak dirinya bergabung dalam Partai Golkar. Sementara, Fadel Muhammad mengajak bergabung Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Aburizal Bakrie membawanya masuk dalam jajaran pengurus KADIN Indonesia dua puluh tahun lalu.
"Setelah bergabung di Partai Golkar, saya memberanikan diri menjadi Caleg Partai Golkar. Namun, perjuangan menjadi anggota DPR tidak mudah dan memerlukan perjuangan panjang. Butuh empat kali gagal sebagai Caleg sebelum akhirnya berhasil terpilih sebagai wakil rakyat," kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini memaparkan, dirinya pertama kali mengikuti Pemilu sebagai calon anggota legislatif di Pemilu 1992 dengan nomor urut 18, Pemilu 1997 dengan nomor urut 8, Pemilu 1999 dengan nomor urut 4, dan Pemilu 2004 dengan nomor urut 2. Dalam keempat Pemilu tersebut, ia belum terpilih menjadi anggota legislatif. Baru pada Pemilu 2009 Bamsoet terpilih menjadi anggota DPR dari Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen.
"Ketika gagal saat mengikuti Pemilu keempat di tahun 2004, harta yang saya miliki ludes terpakai. Apa yang saya kumpulkan selama berbisnis, habis semua. Bahkan, saya sempat down. Mungkin itulah cara Allah menunjukkan bahwa saya akan mendapatkan yang lebih besar lagi. Karena setelah itu, saya bersama Agung Laksono dan beberapa senior HIPMI lainnya mendapatkan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Papua dan tambang batubara di Kalimantan Selatan. Di situlah kemudian, pelan-pelan saya membangun lagi bisnis yang habis-habisan kemarin karena Pemilu," kenang Bamsoet.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia dan Ketua Umum Keluarga Besar Olahraga Tarung Derajat ini menegaskan, profesi atau usaha apapun jika ditekuni dengan tekun dan serius akan membuahkan hasil yang baik. Kegagalan jangan membuat patah semangat, tetapi harus menjadi cambuk untuk berusaha lebih baik lagi.
"Keluarga dan teman adalah anak tangga untuk mencapai sukses. Untuk itu nilai-nilai sebuah pertemanan atau persahabatan harus dijaga. Ketika menjabat sebagai Ketua DPR ataupun menjadi Ketua MPR saat ini, saya selalu menghindari konflik. Jurus yang selalu saya terapkan adalah merangkul, bukan memukul. Bagi saya seribu kawan masih terlalu sedikit, satu musuh sudah terlalu banyak," ujar Bamsoet.
Jaksa Agung Sanitar Burhanuddin menuturkan, selain sebagai politisi ulung, Bamsoet juga memiliki perhatian yang luar biasa terhadap perkembangan hukum di Indonesia. Bamsoet juga sangat mengapresiasi atas reformasi penegakkan hukum pidana yang dilakukan oleh Kejaksaan.
Sebagai sosok legislator yang matang, Bamsoet sangat memahami arti penegakkan hukum yang berkeadilan dan tidak terpaku pada teks peraturan perundang-undangan semata, melainkan harus dapat dilihat dalam konteksnya agar dapat menyentuh rasa keadilan yang ada di masyarakat. (*)