TEMPO.CO, Jakarta - Berita Acara Pemeriksaan atau BAP Ferdy Sambo mengungkap cerita bagaimana Mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri tersebut membohongi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo soal peristiwa kematian Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat. Ada juga soal peran staf ahli Kapolri Fahmi Alamsyah yang sempat disebut ikut membuat skenario tersebut.
Cerita itu bermula ketika Sambo meminta Hendra dan Benny datang ke rumah dinasnya yang menjadi Tempat Kejadian Perkara (TKP) pembunuhan Yosua. Kepada kedua anak buahnya itu, Sambo pun menceritakan skenario yang telah dia persiapkan bahwa Yosua tewas karena tembak menembak dengan Bharada E. Menurut cerita Sambo kepada Hendra dan Benny, Bharada E memergoki Yosua usai melecehkan istrinya, Putri Candrawathi.
Sambo pun telah membuat rekayasa TKP dengan melepaskan tembakan ke dinding rumah dinasnya untuk mendukung skenario palsu itu.
Kepada Hendra dan Benny, Sambo meminta agar kasus itu ditangani secara internal oleh Divisi Propam saja. Keduanya juga diminta memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pengamanan alat bukti berupa pistol dan CCTV serta saksi-saksi seperti Bharada E, Bripka Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf.
Usai pertemuan di rumah Duren Tiga itu, Hendra dan Benny bertolak ke kantor mereka di Mabes Polri, Jakarta Selatan. Di sana lah mereka kemudian mendapatkan panggilan dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit.
Brigjen Hendra Kurniawan mengaku bertemu dengan Sambo di Lantai 1 Kantor Biro Provos saat akan menyambangi kantor Kapolri. Dia pun menceritakan soal panggilan dari Kapolri itu kepada Sambo.
"Oiya, jelaskan saja. Nanti saya menghadap juga," kata Sambo kepada Hendra dan Benny saat itu, seperti yang tertuang dalam BAP yang sempat dilihat Tempo.
Sambo lantas masuk ke ruangan Listyo Sigit setelah dua bawahannya itu keluar. Tak lama berselang, Sambo kemudian menyusul Hendra dan Benny yang telah kembali ke kantornya.
Di Kantor Biro Provost, Sambo mengaku sempat berbicara dengan Richard, Ricky dan Kuat. Dia mengarahkan ketiganya agar menceritakan skenario yang telah dia persiapkan jika menjalankan peemeriksaan.
"Saya meminta mereka untuk mempertahankan keterangan sesuai yang saya jelaskan dalam setiap pemeriksaan," kata Sambo.
Setelah itu, Sambo menemui Hendra dan Benny di ruangannya. Kepada Hendra dan Benny, Sambo menceritakan apa yang ditanyakan oleh Kapolri kepadanya. Dia menyatakan Listyo Sigit sempat memastikan apakah dirinya ikut menembak Yosua.
"Bukan saya yang nembak, karena bisa saja saya selesaikan di luar. Kalaupun saya yang menembak akan hancur kepalanya karena saya menggunakan senjata dengan amunisi kaliber 45," kata Sambo kepada Hendra menirukan jawabannya ke Kapolri.
Selanjutnya, pertemuan dengan Fahmi Alamsyah