TEMPO Interaktif, Semarang: Prospek industri media cetak (koran) masih akan tetap cerah hingga puluhan tahun mendatang. Ketua Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) Pusat Legiman Misdiyono mengatakan prediksi bahwa media cetak akan mati dan digantikan media online belum tentu benar.
"Karena masing-masing memiliki segmen sendiri-sendiri," kata Legiman dalam acara bincang-bincang dan peluncuran Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro Semarang, Selasa (3/3). Bahkan, kata dia, saat ini masyarakat di berbagai pelosok desa sudah bisa menikmati media surat kabar.
Legiman mengatakan salah satu yang menjadi momok media cetak hanyalah persoalan harga kertas. Adapun media online tidak begitu masalah karena memiliki segmen tersendiri.
Legiman mengakui ada beberapa penerbit surat kabar yang memang bangkrut. "Tapi, ada pula surat kabar yang memiliki perkembangan pesat, baik dalam tingkat oplah maupun banyaknya iklan," kata Legiman tanpa menyebut jumlahnya.
Managing Partner Asia Public Relation, Silih Agung Wasesa, mengakui ada perkembangan pesat media online, baik yang resmi maupun yang tidak resmi, seperti para blogger. Namun, media online tersebut hanya menjangkau kalangan terbatas. Hingga kini, kata Silih, jumlah pembaca media cetak masih jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan media online.
Managing Direktur Harian Suara Merdeka Kukrit Wicaksono mengatakan pada tahun 1990 ada pakar yang memprediksi bahwa tahun 2000-nan media cetak akan mati diganti dengan media online. "Tapi, kita bisa lihat, media cetak juga masih prospek cerah," katanya. Saat ini, prediksi tentang kematian media cetak juga diungkapkan oleh berbagai kalangan bahwa pada tahun 2041 mendatang merupakan kematian media cetak.
Kukrit menambahkan, ada perubahan karakter media cetak dari tahun ke tahun. Dulu media cetak dikuasai oleh media nasional, tapi saat ini media-media lokal bisa menguasai di daerahnya masing-masing, contohnya Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), Suara Merdeka (Jawa Tengah), Pikiran Rakyat (Jawa Barat), dan lain-lain. Kukrit menyatakan, jika sebuah media ingin menjadi besar harus bisa merekat di komunitas-komunitas tingkat lokal. Selain itu juga harus membidik segmen secara spesifik.
ROFIUDDIN