INFO NASIONAL – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menata kota yang lebih ramah bagi pejalan kaki dengan menerapkan konsep complete street. Konsep ini telah dijabarkan oleh Gubernur Anies Baswedan beberapa waktu lalu melalui kanal YouTube miliknya. Disebutkan, konsep tersebut pada intinya menomorsatukan pejalan kaki.
"Peruntukan trotoar adalah untuk pejalan kaki, ruang pejalan kaki ini yang harus dinomorsatukan. Kedua, ada konsistensi lajur jadi penyesuaian lebar jalur kendaraan. Dan yang ketiga, ada jalur sepeda," kata Anies.
Dalam menata trotar, Anies melanjutkan, bukan sekadar memperlebarnya untuk kenyamanan pejalan kaki. Namun juga ditunjang oleh berbagai fasilitas lain, termasuk penataan kabel di atas trotoar. Kabel-kabel yang menjuntai di atas trotoar dirapikan, dengan pemasangan Sarana Jaringan Utilitas Terpadu (SJUT).
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hari Nugroho, menambahkan bahwa complete street adalah konsep yang mensinergikan alokasi ruang untuk memenuhi segala kebutuhan warga. “Desainnya dapat mengakomodir kebutuhan mobilitas dan aktivitas seluruh pengguna jalan secara inklusif, baik pejalan kaki, pesepeda, pengguna transportasi umum, dan pengguna kendaraan pribadi, termasuk pengguna jalan dari berbagai kelompok umur, gender perempuan, serta berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Pengembangan complete street ini, Hari melanjutkan, terintegrasi dengan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum lainnya, serta disesuaikan dengan karakteristik/konteks penataan kawasan yang dikembangkan.
Di sejumlah kawasan seperti Jalan Sudirman atau Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, konsep complete street sangat memungkinkan. Namun, menurut Hari, tidak semua trotoar di Jakarta bisa direvitalisasi menggunakan konsep tersebut.
Terdapat empat pertimbangan untuk menentukan sejauh apa trotoar di sebuah kawasan dapat dikembangkan, yakni aksesibilitas dan mobilitas pergerakan orang, integrasi antarmoda transportasi, aktivitas kawasan, dan ruang milik jalan. Selain itu, ketersediaan anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau pendanaan lainnya juga menjadi pertimbangan.
Satu contoh pengembangan trotoar dengan konsep complete street yang terintegrasi dengan transportasi publik adalah di kawasan Kebayoran Baru. Dinas Bina Marga mengerjakannya sejak tahun lalu dengan total anggaran sekitar Rp 60 miliar. Trotoar di kawasan tersebut mengusung konsep Transit Oriented Development (TOD). Artinya, pejalan kaki dapat lebih mudah mengakses moda transportasi, seperti MRT, BRT, dan bus non–BRT.
Adapun total panjang trotoar se-Jakarta yang telah direvitalisasi oleh Dinas Bina Marga DKI sejak 2016 hingga 2021 mencapai 337,02 kilometer. Sedangkan estimasi panjang total trotoar yang akan direvitalisasi pada 2022 mencapai 20,003 kilometer.
Berikut rencana Dinas Bina Marga menata trotoar sepanjang 2022:
- Kawasan Kebayoran Baru lanjutan (Jl. Trunojoyo, Jl. Cikajang, Jl. Gunawarman Lanjutan, Jl. Pattimura, Jl. Sultan Hasanuddin);
- Jl. Juanda, Jl. Pecenongan;
- Jl. Penataran, Jl. Proklamasi, Jl. Matraman;
- Jl. KH Mas Mansyur (segmen selatan);
- Jl. Raden Saleh;
- Jl. Tanah Abang 2 (lanjutan);
- Kawasan Jl. Gereja Theresia;
- Jl. Yusuf Adiwinata;
- Jl. Agus Salim;
- Jl. Inspeksi Kali Sunter;
- Jl. Tebet Raya (sisi selatan);
- Jl. Tebet Utara Dalam;
- Jl. Tebet Timur Raya (sisi timur depan taman);
- Jl. Pesanggrahan (lanjutan);
- Jl. Puri Kencana;
- Jl. Puri Wangi (lanjutan);
- Jl. I Gusti Ngurah Rai;
- Jl. Pahlawan Revolusi (selatan BKT);
- Jl. Layur (lanjutan).(*)