TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat jumlah kasus mutasi SARS-CoV-2 atau varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 melonjak hingga menyentuh 739 kasus per 28 Juni 2022. Dengan rinciannya varian BA.4 sebanyak 71 kasus dan varian BA.5 sebanyak 668 kasus.
“Lumayan yang tertular tapi yang penting masuk rumah sakitnya kosong. Tempat pak Syahril (Juru Bicara Kemenkes) di RSPI Sulianti Saroso sekarang yang masuk 10 orang kalau dibanding waktu Omicron yang dulu lebih penuh, kalau jaman Delta sampai antre-antre,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam diskusi bersama media dia Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Rabu, 29 Juni 2022.
Menurutnya, 85 persen kasus Covid-19 yang dilaporkan di DKI Jakarta saat ini merupakan kasus positif subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Menkes Budi Gunadi memprediksi DKI akan mencapai puncak gelombang subvarian dalam waktu dekat.
“Jakarta, sekarang 85 persen genome sequencing (WGS) Omicron. Jadi, Jakarta banyak yang kena Omicron, semua kalau menurut saya, Jakarta sebentar lagi sampai puncak,” ujarnya.
Secara nasional, Menkes Budi memperkirakan Indonesia akan mengalami lonjakan Covid-19 pada pekan kedua atau ketiga Juli 2022. Namun, kasus pasien yang dirawat di rumah sakit hingga kematian tidak akan setinggi puncak gelombang Omicron subvarian sebelumnya, termasuk Delta.
Varian BA.4 dan BA.5 ini teridentifikasi sejumlah daerah Indonesia seperti Bali, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan terbanyak DKI Jakarta.
Namun demikian, Menkes Budi meminta masyarakat untuk tidak panik, khawatir terlalu berlebihan tapi tetap waspada, serta tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker di tempat umum dan sebaiknya untuk melakukan vaksinasi booster.
Sebab, Menkes Budi mengatakan vaksinasi tidak menjamin seseorang tidak akan terinfeksi varian baru bahkan orang yang sudah booster sekalipun tetap bisa terinfeksi.
“Vaksinasi, baik itu nomor satu, nomor dua, tiga, empat, lima tidak melindungi kita dari infeksi. Dia bukan melindungi kita dari penularan tapi melindungi dari keparahan. Vaksinasi itu tetap dibutuhkan karena daya tahannya akan turun setelah enam bulan,” katanya.
Ia pun menganjurkan untuk melakukan vaksinasi setelah enam bulan. “Kalau teman-teman sudah enam bulan, vaksinasi lagi saja, kan masih banyak juga vaksinnya,” kata Budi Gunadi.
Baca juga: Menkes Prediksi Puncak Kasus Varian Baru Covid-19 di Pertengahan Juli 2022
MUTIA YUANTISYA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini