TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai bisa jadi korban kampanye hitam menjelang pemilihan presiden atau Pilpres 2024. Hal ini terlihat dari munculnya deklarasi dukungan dari kelompok yang mengaku eks HTi dan FPI.
Pengamat politik Forum Doktor Ilmu Politik UI Reza Hariyadi menduga ada pihak yang hendak menyeret Anies ke dalam politik identitas dengan melakukan pola-pola stigmatisasi dan framing. Tujuannya, kelompok tersebut ingin mencederai citra Anies.
"Targetnya untuk mendistorsi opini publik dan memberikan label negatif pada figur yang disasar," kata Reza dalam keterangannya, Ahad, 26 Juni 2022.
Reza menerangkan, dengan deklarasi Majelis Sang Presiden yang berisi eks anggota kelompok HTI, FPI, dan narapidana eks teroris itu, impresi politik yang timbul adalah seolah Anies dekat dengan kelompok radikal maupun intoleran.
"Ini bisa dimainkan oleh lawan politik untuk menyudutkan karena dicap Islam garis keras dan menjadi tantangan bagi Anies jika maju Pilpres 2024," ujar Reza.
Lebih lanjut, Reza memprediksi ruang gerak Anies untuk meraih dukungan kelompok moderat dan nasionalis akan semakin terbatas dengan adanya framing politik tersebut. Reza mengaku khawatir dengan cara kampanye hitam tersebut, karena akan mereduksi demokrasi dan dapat memecah belah anak bangsa menjelang Pilpres 2024 serta memerlukan waktu panjang untuk pulih kembali.
Sebelumnya, sekelompok orang yang mengatasnamakan diri sebagai kelompok Majelis Sang Presiden, mendeklarasikan diri pada Rabu, 7 Juni 2022 untuk mendukung Anies Baswedan maju Pilpres 2024.
Beberapa nama Majelis Sang Presiden itu mengaku sebagai simpatisan HTI, FPI, hingga eks narapidana teroris.
Baca juga: JK Cerita Pesan ke Anies Baswedan untuk Tak Kampanye Kemana-mana
M JULNIS FIRMANSYAH
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.