TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyatakan Ganjar Pranowo memiliki modal awal berupa elektabilitas yang lebih baik dibandingkan Joko Widodo atau Jokowi saat maju capres.
Menurut lembaga tersebut, pada 2011 atau tiga tahun sebelum Pilpres 2014 dilaksanakan, elektabilitas Jokowi menjadi presiden dalam simulasi pertanyaan terbuka adalah 0 persen.
"Belum ada masyarakat yang mendukung Jokowi sebagai presiden saat itu. Ganjar Pranowo dalam periode yang sama, Maret 2021, Ganjar 6,1 persen pada survei terakhir 14,2 persen. Itu posisi sama-sama tiga tahun menjelang pemilu," ujar Direktur Riset SMRC, Deni Irvani dalam konferensi pers secara daring pada Kamis, 9 Juni 2022.
Lalu pada Oktober 2012 atau dua tahun menjelang Pemilu 2014, SMRC mencatat elektabilitas Jokowi hanya 0,6 persen. Sementara pada Mei 2022 atau dua tahun menjelang Pilpres 2024, elektabilitas Ganjar sudah mencapai 14,2 persen.
Selain dalam simulasi pertanyaan terbuka atau tof mind, SMRC juga memaparkan hasil survei dalam simulasi semi terbuka di periode yang sama. Hasilnya, Ganjar lebih baik posisinya dari Jokowi, yakni pada 2011 Jokowi baru mendapat 2 persen sedangkan Ganjar 8,8 persen dan kini naik menjadi 22,2 persen.
"Ganjar punya peluang lebih baik dibanding Jokowi pada saat maju sebagai presiden," kata Deni.
Adapun alasan SMRC membandingkan hasil survei ini, karena melihat kesamaan latar belakang politik Ganjar dan Jokowi. Keduanya sama-sama berasal dari Jawa Tengah, maju dalam pilpres dengan bekal pengalaman gubernur, serta tidak melawan petahana dalam pilpres.
Dalam survei yang dilakukan 10-17 Mei 2022 ini, SMRC melakukan wawancara dengan 1.220 responden yang dipilih secara acak. Survei dilakukan dengan metode wawancara langsung. Margin of error pada survei SMRC ini sebesar 3,07 persen.
M JULNIS FIRMANSYAH
Baca: SMRC: Ganjar Pranowo Salip Prabowo dan Ungguli Anies dalam Survei Pilpres 2024
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini