TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pada hari ini dinilai bukan sebagai langkah untuk berkoalisi. Menurut Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Khoirul Umam menilai peluang koalisi antara Partai Gerindra dan Partai NasDem dalam Pemilihan Presiden 2024 relatif kecil. Dia menilai pandangan politik Prabowo Subianto dan Surya Paloh berbeda.
“Kedua pemimpin partai itu memiliki cara pandang dan model pendekatan yang jauh berbeda,” kata Umam lewat keterangan tertulis, Rabu, 1 Juni 2022.
Umam mengatakan Surya Paloh menjadi salah satu pihak yang selalu mengingatkan bahaya eksploitasi politik identitas dalam Pilpres 2019. Surya Paloh juga jadi pihak yang menolak Prabowo masuk ke pemerintahan setelah pemilihan tersebut.
Dia mengatakan sebagai ketua umum NasDem, Paloh ingin menjadi King Maker. Sehingga, dia tak mau langkahnya dikunci oleh pihak yang ingin mencalonkan diri sebagai calon presiden, seperti Prabowo. Menurut Umam, atas alasan yang sama NasDem emoh ikut Koalisi Indonesia Bersatu yang dipimpin Partai Golkar.
Dia berpendapat koalisi itu dibentuk untuk mendukung pencalonan Ketum Golkar Airlangga Hartarto. “Dalam konteks pertemuan Paloh-Prabowo, saya juga berkeyakinan Paloh menolak dikunci langkahnya demi pencapresan Prabowo,” kata Umam.
Meski peluang koalisi kecil, Umam berpendapat pertemuan kedua tokoh dalam politik tetap penting. Pertemuan itu, kata dia, meminimalkan potensi gesekan di masyarakat dalam Pilpres 2024. “Sehingga proses rekonsiliasi politik pasca Pemilu 2024 bisa dilakukan lebih efektif,” kata dia.
Baca juga: Pertemuan Prabowo - Surya Paloh, Politikus NasDem: Bahas Banyak Hal
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
