INFO NASIONAL - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura gencar mendorong pengembangkan kampung buah terintegrasi. Salah satu yang kini mulai menunjukkan hasil adalah Kampung Lengkeng Kateki di Desa Sugihan Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Jawa Timur. Di lahan seluas 36 hektar yang dikelola oleh Kelompoktani Ngudi Tirto Makmur, kini berkembang menjadi kawasan lengkeng varietas Kateki yang banyak digemari masyarakat. Sekitar 7.200 batang tanaman lengkeng kini tumbuh subur dan berbuah di desa tersebut.
"Lengkeng Kateki ini rasanya manis, legit dan renyah. Gak kalah sama lengkeng impor. Nilai ekonominya juga sangat menjanjikan. Kita akan dorong kawasan ini jadi obyek agroeduwisata lengkeng Kateki," ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat mengunjungi sentra lengkeng di Desa Sugihan, Kamis, 12 Mei 2022.
Dengan konsep pengembangan kampung buah terintegrasi, Prihasto yakin kawasan bantuan APBN Ditjen Hortikultura sejak 2016 tersebut bisa menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi petani dan masyarakat sekitar. "Dari 7.200 batang tanaman saja, jika per pohon menghasilkan 40 kg dan harga Rp 40 ribu per kilo, ada potensi pendapatan hingga Rp 11,5 Milyar per satu musim panen. Ini luar biasa kalau bisa dikelola dengan baik," katanya.
Kampung-kampung buah tersebut, Prihasto melanjutkan, juga akan didaftarkan agar setiap daerah memiliki ciri yang khas. “Jadi, nantinya kita akan memonitor terus setelah 3 tahun program kampung ini sudah sampai sejauh mana, kita sudah tahun 2021 ada 800-an kampung buah, nanti di tahun 2023 ada 1000-an tambahannya, tersebar diseluruh indonesia,” kata dia.
Adapun, tujuan registrasi kampung untuk memudahkan jika proses ekspor, sehingga dapat memperoleh pasokan yang pasti karena terfokus dan terkonsentrasi. Selain itu, memudahkan pada bimbingan teknis, pengawalan pendampingannya, pembinaan, monitoring, serta tepat sasaran.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tuban, Eko Arif Yulianto, saat mendampingi kunjungan tersebut mengatakan pihaknya akan menginventarisir kembali seluruh kebun lengkeng yang ada.
"Ada banyak petani yang menanam lengkeng ini secara swadaya baik di lahan tegalan maupun pekarangan. Totalnya bisa lebih dari 300 hektar. Kalau semua digarap dengan baik, tentu ini akan memberikan tambahan kesejahteraan bagi petani karena nilai ekonomi lengkeng cukup tinggi," tuturnya.
Ketua Kelompoktani Ngudi Tirto Makmur, Wiyono, saat dikonfirmasi mengaku senang mendapat dukungan Kementerian Pertanian sehingga daerahnya kini berkembang menjadi kawasan lengkeng unggul.
"Hasilnya bagus, setiap pohon bisa dapet 40 sampai 50 kilo lengkeng super. Harganya sekarang sekitar Rp 40 ribu per kilo di kebun. Lumayanlah pokoknya," kata Wiyono diamini anggota kelompok lainnya. Pihaknya bahkan mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar mengingat produksi yang masih terbatas.
Wiyono berharap ada penambahan luas areal tanam lengkeng dengan melibatkan berbagai pihak terkait. "Pendampingan ke petani tentu masih sangat kami harapkan untuk mewujudkan desa Sugihan sebagai kawasan Agrowisata Kampung Lengkeng," katanya. (*)