Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Setelah 63 Tahun Ki Hajar Dewantara Berpulang, ini Warisan Sang Tokoh Pendidikan

Reporter

image-gnews
Calon peserta didik melintas di depan mural Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara di Posko Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA Negeri 70 Jakarta, Rabu, 8 Juli 2020. Hari ini merupakan hari terakhir PPDB di DKI Jakarta. TEMPO/ Hilman Fathurrahman W
Calon peserta didik melintas di depan mural Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara di Posko Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA Negeri 70 Jakarta, Rabu, 8 Juli 2020. Hari ini merupakan hari terakhir PPDB di DKI Jakarta. TEMPO/ Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, JakartaKi Hajar Dewantara merupakan pahlawan nasional Indonesia, pendiri Taman Siswa, pelopor pendidikan dari zaman penjajahan, aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumis, dan politisi. Ia lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 dan wafat di Yogyakarta pada 26 April 1959, di usia 69 tahun.

Hingga saat ini, hari kelahiran Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Semboyan "Tut Wuri Handayani" ciptaan Ki Hajar turut menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional, sebuah kapal perang Indonesia juga dinamai Ki Hajar Dewantara. Sosok Ki Hajar Dewantara turut diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp 20 ribu.

Masa Muda Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara dilahirkan dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, sebelum akhirnya mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara sejak tahun 1922. Mengutip laman Biografi Tokoh di alamat bio.or.id, Ki Hajar Dewantara yang berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa atau Belanda), kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit.

Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Di masa itu, sosok Ki Hajar Dewantara tergolong penulis handal, karena tulisan-tulisannya komunikatif, tajam, dan antikolonial.

Selain ulet sebagai wartawa muda, Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) pada 1980, Ki Hajar Dewantara aktif menjadi devisi propaganda untuk mensosialisasikan pentingnya kesatuan dan persatuan dalam berbangsa dan bernegara. Bahkan, kongres pertama BO merupakan inisiasi Ki Hajar Dewantara. Sosoknya juga tergabung dalam organisasi Insulinde, organisasi multietnik yang didominasi kaum Indonesia yang memperjuangkan pemerintahan tanah air.

Pendirian Taman Siswa

Merujuk Kementerian Kelautan dan Perikanan di situs kkp.go.id, perhatian Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan mendorongnya membangun perpemimpinan yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau lebih dikenal Perpemimpinan Nasional Taman Siswa pada 3 Juli 1922.

Perpemimpinan ini sangat ketat menekankan masalah pendidikan, terutama terhadap rasa kebangsaan. Tujuannya, agar muda-mudi penerus bangsa mampu mencintai tanah air dan berjuang memperoleh kemerdekaan. Meski dihalangi oleh pemerintahan Kolonial Belanda dengan dikeluarkannya Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932, Ki Hajar Dewantara tetap memperjuangkan haknya, hingga akhirnya aturan Belanda tersebut dicabut.

Ketika mendirikan Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara tetap aktif menulis, tetapi tema tulisannya beralih menjadi perhatian-perhatian dalam dunia pendidikan dan kebudayaan bangsa. Melalui tulisan-tulisan tersebut ia  berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional untuk bangsa Indonesia hingga zaman Pendudukan Jepang.

Saat Pemerintah Jepang mulai membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) di tahun 1943, Ki Hajar Dewantara ditunjuk menjadi salah satu pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs Mohammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas pemerintahan berhasil terbentuk, Ki Hajar Dewantara dipercaya Presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pertama.

Dengan jabatannya tersebut, Ki Hajar Dewantara makin leluasa dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pada 1957 sosoknya mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada (UGM).

DELFI ANA HARAHAP

Baca: Hari Guru Nasional, Taman Siswa dan Cita-cita Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

4 menit lalu

Immanuel Ebenezer alias Noel mengunjungi Wakil Ketua Umum Nasdem Ahmad Ali di Kantor DPP Nasdem, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Februari 2023. TEMPO
Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, untuk mengkritik PDIP yang tidak mengundang Jokowi di Rakernas


Sosok Dian Andriani Anggota Korps Wanita TNI AD Pertama Berpangkat Mayjen

5 jam lalu

Mayjen TNI AD, Dian Andriani. FOTO/instagram/dianandrianiratna
Sosok Dian Andriani Anggota Korps Wanita TNI AD Pertama Berpangkat Mayjen

Dian Andriani merupakan perempuan pertama yang mencapai pangkat Mayjen TNI AD di Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).


Di Balik Hari Buku Nasional, Ini Alasan Penetapannya dan Siapa Penggagasnya?

11 jam lalu

Ilustrasi perpustakaan (ANTARA FOTO/HO- Humas Perpusnas/FR)
Di Balik Hari Buku Nasional, Ini Alasan Penetapannya dan Siapa Penggagasnya?

Pemerintah pada 17 Mei 1980 menetapkan sebagai Hari Buku Nasional. Apa alasan penetapannya?


Bilang Study Tour Perlu Tetap Ada, FSGI Singgung Pengawasan hingga Biaya Siluman

1 hari lalu

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo Antara/HO-Dokumentasi Pribadi
Bilang Study Tour Perlu Tetap Ada, FSGI Singgung Pengawasan hingga Biaya Siluman

Sekretaris Jenderal FSGI mengatakan study tour perlu tetap ada. Namun perlu pengawasan ketat, termasuk soal biaya.


Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

1 hari lalu

Salah satu varietas anggrek yang akan dipamerkan Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT)  UGM pada Festival Anggrek Sabtu 18 Mei 2024 di Sleman. Dok.istimewa
Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

Penggemar tanaman anggrek yang berencana melancong ke Yogyakarta akhir pekan ini, ada festival menarik yang bisa disaksikan.


Pegadaian Peduli Transformasi Sekolah di Bengkulu

1 hari lalu

Pegadaian Peduli Transformasi Sekolah di Bengkulu

Program ini menjadi bukti komitmen PT Pegadaian dalam upaya penerapan TPB/SDGs empat tentang Pendidikan Berkualitas melalui pengembangan kapasitas guru dan manajemen Sekolah.


BCA Menggelar Program BCA Berbagi Ilmu di ITB

2 hari lalu

BCA Menggelar Program BCA Berbagi Ilmu di ITB

BCA lewat BCA Berbagi Ilmu berkomitmen untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Pendidikan Berkualitas, serta menyiapkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing untuk menghadapi puncak bonus demografi pada tahun 2030 mendatang.


Kemenhub Tak Buka Pendaftaran Taruna STIP, Pengamat: Kalau Bisa Tutup 2 Tahun

3 hari lalu

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Ahmad Wahid bersama Kapolres Jakarta Utara Komisaris Besar Gidion Arif Setyawan di Kampus STIP Marunda, Jakarta Utara, Jumat, 3 Mei 2024. Foto: ANTARA/Mario Sofia Nasution/aa.
Kemenhub Tak Buka Pendaftaran Taruna STIP, Pengamat: Kalau Bisa Tutup 2 Tahun

Ki Darmaningtyas menilai perlu adanya evaluasi terhadap sistem asrama untuk taruna STIP.


Sebulan Jelang Idul Adha, Halal Center UGM Bagikan Tips Menyimpan Daging Kurban

3 hari lalu

Sejumlah petugas memotong daging hewan kurban untuk didistribusikan di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu 1 Juli 2023. Pada Hari Raya Idul Adha 1444 H / 2023 M panitia kurban Masjid Istiqlal memotong hewan kurban sebanyak 43 ekor sapi dan delapan ekor kambing. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Sebulan Jelang Idul Adha, Halal Center UGM Bagikan Tips Menyimpan Daging Kurban

Pakar dari Halal Center UGM mengingatkan langkah pengolahan dan penyimpanan daging kurban Idul Adha yang benar, untuk menghindari potensi penyakit.


Kopi Kenangan Bantu Peremajaan SDN 5 Bojong Garut

3 hari lalu

Kopi Kenangan Bantu Peremajaan SDN 5 Bojong Garut

Selain peremajaan fasilitas sekolah, Kopi Kenangan mengajak Yayasan 1000 Guru mengadakan kegiatan.