TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku heran dengan pihak yang mempolitisasi pernyataannya soal minyak goreng. Adapun ucapan Megawati itu adalah mengenai antrean minyak goreng dan menyarankan ibu-ibu memilih cara alternatif lain untuk memasak.
Mega mengatakan, akibat hal itu dirinya dicecar berbagai pihak dan disebut tidak berempati kepada masyarakat.
"Kenapa, ya? Sebenarnya menurut saya, para politisi yang terhormat, kenapa sih kalau membuat perbedaan, tok (memukul tangan sendiri), langsung pro kontra gitu," ujar Mega di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin, 28 Maret 2022.
Mega mengatakan, dirinya menyarankan masyarakat memasak dengan mengukus hingga merebus untuk menggantikan minyak goreng. Cara memasak tersebut, kata Mega, lebih sehat dan menghindari masyarakat kekurangan gizi atau stunting. Menurut Mega, Indonesia ditargetkan menjadi Indonesia Emas pada tahun 2045.
"Kan saya bertanya, nanti pas anak-anaknya pulang sekolah, apakah ibunya ini sudah masak? Itu sebenarnya pertanyaan besar saya. Oleh sebab itulah, saya mengintrodusir, tapi nanti ada lagi yang bilang 'oh Bu Mega bilang ndak boleh memasak dengan minyak goreng', no!" ujar Mega.
Ucapan Megawati soal antrean minyak goreng dilontarkannya saat menjadi pembicara di acara tentang stunting yang digelar BKKBN. Menurut dia, harusnya masyarakat bisa beralih menggunakan metode memasak yang lain jika harga minyak goreng melambung.
"Saya tuh sampai ke ngelus dodo, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya itu sampai mikir jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng. Sampai begitu rebutannya," kata Megawati saat itu.
Sikap Megawati itu mendapat kecaman dari berbagai pihak. Pakar politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan tindakan Mega kurang peka terhadap kondisi masyarakat saat ini.
"Pernyataan tersebut kurang peka dan tak solutif. Karena mestinya Megawati meminta Jokowi dan Puan, sebagai Presiden dan Ketua DPR tuk amankan pasokan minyak goreng, bukan meminta rakyat merebus makanan," kata Ujang saat dihubungi Tempo, Sabtu, 19 Maret 2022.
Ujang mengatakan tidak semua hidangan dapat direbus seperti saran Megawati. Selain itu, saran Megawati dianggap tidak menyentuh akar permasalahan dari langka dan mahalnya komoditas minyak goreng.
"Kelihatannya kepekaan elite terhadap penderitaan rakyat mulai terkikis, mulai luntur dan hilang," kata Ujang.
M JULNIS FIRMANSYAH