TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan dalam dua pekan terakhir dirinya menerima telepon dari beberapa kepala negara dan kepala pemerintahan di dunia. Kemarin, kata Jokowi, dia baru baru dihubungi oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Sebelumnya lagi, ada Presiden Cina Xi Jinping, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Salah satu isu yang mereka bahas adalah terkait kenaikan harga hingga kelangkaan sejumlah komoditas, seperti energi dan pangan.
"Semuanya sama, bingung menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita alami bersama," kata dia dalam acara Pengarahan tentang Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia pada Jumat, 25 Maret 2022.
Jokowi kembali menyinggung kalau semua negara saat ini berada dalam kesulitan. Baik karena pandemi Covid-19, disrupsi ekonomi, dan ditambah babak belur lagi karena perang. Sehingga, kata Jokowi, semuanya menjadi tidak pasti dan tidak bisa dihitung dengan angka-angka yang pasti.
Menurut Jokowi, salah satu yang membuat pusing para pemimpin negara tadi adalah kenaikan harga dan kelangkaan energi. Harga minyak mentah yang dulunya hanya US$ 50 sampai 60 per barel, kini naik menjadi US$ 118 per barel atau dua kali lipat.
Konsekuensinya, harga BBM di negara yang tidak memberi subsidi naik sampai dua kali lipat atau 100 persen. "Bayangkan kita naik kadang-kadang 10 persen saja demonya 3 bulan," kata dia.
Lalu, harga kebutuhan lain juga ikut-ikutan naik, seperti gas dan pangan. Selain harganya yang naik, stoknya juga langka seperti gandum dunia yang dipasok dari Ukraina, Rusia, dan Belarusia. "Semuanya lari kemana-mana kelangkaan energi, kelangkaan pangan," kata dia.
Baca: Kejagung Segera Menaikkan Kasus Fasilitas Ekspor Minyak Goreng ke Penyidikan