Empat nama yang korban yang tewas, yaitu Bharada Yohanes Tulas (Polda Sulut), Bharada Denny Karyayanis (Polda Sulut), Bharada Sutadji (Polda Sulut), dan Bharada Sahilu (Polda Sulsel). Empat orang yang kini kondisinya kritis, yaitu Bharada Ahmad Arifin (Polda Sultra), Bharada Herman B (Polda Sulsel), Bharada La Ode Ali Sadikin (Polda Sultra), dan Bharada Baston (Polda Sulsel).
Jenazah keempat anggota Brimob tersebut masih berada di ruang mayat RSU Undata Palu. Setelah diotopsi, rencananya jenazah tersebut akan dibawa menuju daerah asalnya.
Kapolda Sulteng Brigjend Taufik Ridha, dalam keterangan pers Selasa (2/9) siang, mengatakan Polda Sulteng menerima sebanyak 166 personil baru Brimob yang baru saja mengikuti pendidikan di Watukasek, Jawa Timur, dan akan ditugaskan di Brimob Polda Sulteng. Setelah diterima Kapolda, Senin siang (1/9), mereka diserahkan ke Kasat Brimob Polda Sulteng (AKBP Herson Bagus Pribadi) untuk selanjutnya dibawa menuju Markas Komando (Mako) Brimob di Mamboro, 13 kilometer utara Kota Palu.
Sudah menjadi tradisi, kata Taufik, personil baru itu diperintahkan berjalan kaki sambil berlari untuk masuk ke Mako Brimob. Sebelumnya sekitar pukul 11.00 WITA di Mapolda jalan Samratulangi, mereka mengikuti pemanasan dan latihan fisik ringan, berupa fush up, lompat kodok, dan aktivitas lainnya.
Memasuki kilometer 9 (tepatnya di Kelurahan Tondo, kecamatan Palu Utara), entah kenapa tiba-tiba beberapa anggota Brimob itu berjatuhan. Beberapa diantaranya tidak sadarkan diri. Melihat kejadian itu, komandan regu (danru) pasukan tersebut langsung menghentikan perjalanan dan segera melakukan upaya pertolongan.
Para korban yang jumlahnya sebanyak 16 orang langsung dilarikan ke Dokkes Polda Sulteng. Selanjutnya, mereka dibagi ke tiga rumah sakit yakni RSU Undata, RSU Budi Agung dan Dokkes Polda Sulteng. Sayang, empat dari 16 orang korban tersebut tidak bisa diselamatkan nyawanya.
Menurut Taufik, pihaknya kini masih melakukan penyelidikan dan pengusutan apa sebenarnya yang telah terjadi dan menimpa keempat aparatnya tersebut. Untuk mengetahui penyebab pastinya, katanya, pihaknya menunggu hasil otopsi dari keempat mayat personil yang tewas tersebut.
"Untuk mengetahuinya kita tunggu hasil otopsi. Kami sudah keluarkan surat perintah penyidikan. Kami sudah bentuk tim khusus guna mengungkap secara tuntas kasus tersebut," ujar Taufik.
Sementara itu, informasi yang dihimpun dilapangan menyebutkan tewasnya empat anggota personil baru itu diduga karena mendapat perlakuan/kekerasan fisik secara berlebihan.
Menurut sejumlah saksi mata, sebelum terjadinya musibah itu mereka melihat adanya tindakan yang dilakukan para instruktur kepada personil baru itu seperti merayap di atas aspal, push up, jalan jongkok di tengah hari yang panasnya cukup menyengat.
Salah seorang keluarga korban, Ny Syahriah (35), kepada wartawan mengatakan meninggalnya anggota polisi tersebut dalam keadaan tidak wajar. Hal itu terlihat dengan kondisi tubuh korban di mana telinganya dan hidungnya mengeluarkan darah dan tubuhnya kebiru-biruan. "Pihak Polda Sulteng harus tuntaskan kasus ini karena meninggalnya korban secara tidak wajar," ungkapnya. Ia mendesak Polda Sulteng agar bertindak terbuka dalam mengusut kasus ini.
Keluarga korban Bharada Sutaji yang berasal dari Sangir Talaud, Sulut, ini mengaku heran saat ia bertanya kepada polisi soal kematian sepupunya itu. "Saya hanya ingin memastikan kenapa sepupu saya meninggal sampai mengeluarkan darah dari telinga, hidung dan mulut," katanya dengan nada kecewa.
Darlis Muhamad - Tempo News Room