INFO NASIONAL-Di pilkada serentak pertama 2015 lalu, melahirkan seorang bupati termuda di Indonesia, Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Bupati Dharmasraya ini dilantik saat usia 26 tahun. Dengan latar belakang orang biasa, Sutan Riska diejek oleh banyak orang, hingga akhirnya Ia membuktikan anak muda bisa berkarya di pemerintahan.
“Saat itu, saya mendapat ejekan dari beberapa pihak karena saya tidak punya pengalaman dan berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Ayah saya hanya seorang kepala desa. Saat itu saya terpacu untuk belajar lebih banyak dan bekerja lebih gigih sebagai bupati. Karena dengan saya jadi bupati di usia yang masih muda, saya mempertaruhkan kepercayaan masyarakat terhadap anak muda. Jika saya gagal, maka anak muda tidak akan mendapat tempat lagi” ujar Sutan Riska, Selasa 16 November 2022.
Ketika mulai menjabat, Sutan Riska memperbaiki tata kelola pemerintahan. Hasilnya, Dharmasraya yang sebelumnya tidak pernah meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK, sejak dia menjabat Dharmasraya selalu meraih WTP tiap tahun hingga sekarang.
Dharmasraya yang sebelumnya peringkat 17 dari 19 kabupaten/kota di Sumbar Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, sekarang nomor satu dan masuk 10 besar di Indonesia. Status Sistim Akuntabibilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) Dharmasraya sebelumnya C naik menjadi B, sehingga Dharmasraya bisa efisiensi anggaran hingga Rp 60 M.
“Bagaimana kita ingin menarik investor atau pemerintahan pusat kalau tata kelola pemerintahan kita tidak baik. Makanya saya perbaiki mulai dari dalam pemerintahan dulu seperti pengelolaan keuangan, manajemen dan efisiensi penganggaran,” kata Sutan Riska.
Perjuangan Sutan Riska itu berbuah manis. Periode sebelum Ia menjabat, 2010-2015, dana pusat yang masuk ke Dharmasraya untuk pembangunan fisik hanya Rp 360 Miliar. Empat tahun awal kepemimpinan Sutan Riska, dana pusat untuk pembangunan fisik di Dharmasraya mencapai Rp 2,4 Triliun.
Dengan dana pusat yang besar itu, Sutan Riska mewujudkan kebutuhan pokok masyarakat Dharmasraya seperti jalan, jembatan, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Di bidang pertanian, sejak 2016, Dharmasraya telah membangun jalan usaha tani 392 KM, menyediakan bibit berkualitas dan bantuan 481 alat teknologi pertanian. Usaha itu membuat Dharmasraya surplus gabah hingga 23.000 ton pertahun.
Agar roda usaha dan perdagangan berjalan maksimal, pemerintah membangun empat pasar tradisional bersih beserta 77 unit los dan 195 kios. “Sejak pasar baru ini, enak kita jualan, pengunjung ramai, mungkin karena pasar sekarang bersih. Pendapatan kami juga meningkat,” kata Sisri, salah seorang pedagang bahan dapur di Pasar Abai Siat, Dharmasraya.
Agar mobilitas ekonomi dan aktivitas sosial budaya lancar, Dharmasraya membangun 149,2 KM jalan desa dan 99,5 KM jalan baru Kabupaten serta 99 unit jembatan pedesaan (plat dwiker) dan 22 jembatan besar.
“ Semua akses harus kita perbaiki, termasuk akses telekomunikasi. Dulu ada tiga kecamatan yang terisolir secara akses jalan dan jembatan, serta telekomunikasi. Dulu masyarakat itu mau nelpon biasa saja harus manjat bukit. Sekarang HP mereka sudah berbunyi dalam rumah bahkan bisa vidio call,” kata Sutan Riska.
Pembangunan infrastruktur ini juga penting untuk memancing dan meningkatkan investasi. Terbukti, selama kepemimpinan Sutan Riska jumlah UMKM meningkat dari 5.000 menjadi 10.073.
“Sekarang soal perizinan sudah satu pintu. Kalau dulu ribet, harus melaui ini dan itu, sekarang hanya lewat Dinas Perizinan. Alhamdulillah banyak UMKM baru muncul.Sekarang di Dharmasraya sudah ada Gardu Induk yang bahkan surplus dan berlebih-lebih,” kata Kepala Dinas Perizinan Dharmasraya Naldi. Sejak empat tahun terakhir investasi industri besar mulai masuk industri pengolahan hasil perkebunan, logam, energi dan lainnya.
Sutan Riska bercita-cita menjadikan Dharmasraya pusat ekonomi baru di persimpangan tiga provinsi: Sumbar, Riau dan Jambi. Dharmasraya dan daerah perbatasan provinsi Riau dan Jambi tersebut sama-sama jauh dari pusat pemerintahan dan pusat ekonomi provinsi masing-masing.
Atas dasar keinginan itu, Sutan Riska mengharapkan akses pintu tol dari Dharmasraya ke jalur Tol Sumatra. Dia merencanakan pembangunan itu bersama kementerian terkait.
“Kalau ada tol, saya percaya, daerah-daerah di sekitar Dharmasraya yang selama ini berada jauh dari pusat ibukota provinsi bisa lebih maju. Ditambah kami ditopang transportasi udara melalui Bandara Muaro Bungo. Untuk mewujudkan cita-cita itu, makanya saya percepat pembangunan infrastruktur agar kuantitas dan kualitas investasi bisa meningkat,” kata Sutan Riska.
Sutan Riska yakin, Dharmasraya dan daerah sekitarnya bisa menjadi pusat ekonomi baru di Sumatra bagian tengah jika setiap pemerintahan daerah satu frekuensi dan didukung pemerintahan pusat.
“Karena secara demografi, daerah kami lebih aman dan minim resiko bencana. Kami jauh dari gunung berapi, jauh dari patahan semangka dan jauh dari laut. Ya, kemungkinan bencana puting beliung, tapi belum ada yang mengancam. Tinggal perbaiki akses ke pelabuhan kapal laut pantai timur di Jambi atau pelabuhan Pantai Barat di Padang yang jarak tempuhnya hampir sama dari Dharmasraya ke kedua lokasi pelabuhan itu. Intinya, kami bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan,” ujar Sutan Riska.(*)