Di Indonesia, gerakan feminisme ditularkan Pemerintah Kolonial Belanda melalui surat menyurat Raden Ajeng Kartini dengan orang Eropa. Raden Ajeng Kartini berguru cara untuk memajukan kaum perempuan Indonesia, terutama kampung halamannya, di Minangkabau, Rohana Kuddus adalah pelopornya.
3. Nilai Sosial
Anwar Djaelani dalam bukunya 50 Pendakwah Pengubah Sejarah, menuliskan, Rohana hidup dalam tatanan adat istiadat dan ajaran nenek moyang yang membelenggu. Namun, kondisi ekonomi ayahnya yang cukup baik dan memiliki hobi membaca, membuat Ruhana mengetahui banyak hal di luar rumah melalui membaca koleksi buku, majalah dan surat kabar milik sang ayah.
Kesempatan membaca tak hanya ingin dinikmati Ruhana sendiri. Ia yang sudah lancar baca tulis berkat didikan ayahnya, ingin agar seluruh teman-temannya bisa memperoleh kesempatan yang sama seperti dirinya. Maka muncullah gerakan membagikan apa yang dimilikinya kepada teman-teman sebayanya.
Tamar Djaja dalam bukunya Rohana Kudus Srikandi Indonesia Riwayat Hidup dan Perjuangannya, mengungkapkan, setiap pagi Ruhana mengajak teman-teman untuk main ke rumahnya. Di serambi depan rumah, Ruhana kecil membacakan majalah dan buku-buku sambil melatih mereka untuk mengeja, hingga anak-anak seusianya pandai membaca.
Menjadi seorang guru kecil dilakukan Ruhana dalam keadaan yang amat sederhana. Ia mengajar tanpa bangku dan meja, semua temannya duduk bersila. Ruhana Kuddus tak memungut imbalan sedikit pun dari kerja mengajar itu.
Baca: Ruhana Kuddus, Wartawati dan Guru Tanpa Sekolah Formal
HENDRIK KHOIRUL MUHID | EK