"Saya tahu adanya semburan itu sejak sepekan lalu. Saat itu, saya memarkir sepeda motor, lalu di bawahnya ada suara ‘ceeesss.' Saya kira ban sepeda motor saya kempes," kata Suyadi, 54 tahun, warga Kedungwinong, yang pertama kali mengetahui adanya semburan itu, kepada Tempo, Senin (22/12).
Begitu memastikan suara itu bukan berasal dari ban sepeda motornya, lalu dia menyibak tanah di atasnya. Ternyata, di bawahnya gelembung udara semakin terlihat. Sedikit demi sedikit, gelembung tersebut keluar bercampur lumpur dan air. "Saya sempat mengurugnya dengan tanah, tapi gelembung itu tetap saja keluar," kata Suyadi.
Saat ini semburan lumpur yang keluar dari sekitar 7 titik itu menjadi tontotan warga. Mereka antusias untuk melihat semburan di tepi jalan desa yang menghubungkan Dusun Kedungwinong dan Kedungpadang itu, meskipun mereka juga khawatir semburan tersebut akan membesar. "Semoga saja tidak terjadi apa-apa," kata Gunawan, yang rumahnya berdekatan dengan lokasi munculnya semburan.
Kepala Desa Jintel, Nursito, mengaku akan melaporkan kejadian itu ke Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Dia meminta warga tidak cemas menanggapi kemunculan semburan itu. "Kita semua belum tahu apa yang terjadi. Saya harap semua warga tenang," kata Nursito.
Pihak Pemerintah Kabupaten Nganjuk sendiri belum bisa dikonfirmasi. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Nganjuk, Hariyanto menyatakan dirinya sudah pensiun. Namun, saat Tempo mendatangi kantor Humas Nganjuk, sejumlah staf menyatakan belum ada penggantinya. "Mohon maaf saya sudah tidak bisa memberikan komentar," kata Hariyanto.
DWIDJO U. MAKSUM