TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan beberapa hasil riset menyebutkan efikasi vaksin berbasis m-RNA menurun cukup drastis saat berhadapan dengan virus corona varian delta. Budi menyampaikan hal ini didukung hasil pengamatan terhadap perbandingan capaian vaksinasi di sejumlah negara dan kenaikan kasus konfirmasi Covid-19.
"Beberapa hasil research yang kami perhatikan memang menyebutkan bahwa efikasi terhadap varian delta memang terjadi penurunan cukup drastis untuk vaksin-vaksin berbasis teknologi m-RNA," kata Budi dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu, 25 Agustus 2021.
Budi Gunadi membeberkan hasil pengamatan terhadap vaksinasi dan kenaikan kasus konfirmasi di Amerika Serikat, Israel, dan Inggris. "Kami membandingkan dengan negara lain, memang virus ini sulit ditebak perilakunya," kata Budi
Budi mengatakan, capaian vaksinasi dosis kedua di Amerika Serikat sudah 51 persen. Namun, angka kasus positif di Negeri Abang Sam itu masih naik cukup tinggi hingga menyentuh angka 200 ribu kasus konfirmasi per hari. Di gelombang sebelumnya, kata Budi, angka kasus konfirmasi di Amerika Serikat sempat mencapai 250 ribu per hari.
Ia mengatakan jumlah pasien Covid-19 yang masuk ke rumah sakit juga naik cukup tinggi bahkan mencapai 70 persen dari gelombang sebelumnya. Angka kematian disebutnya relatif lebih rendah, tetapi trennya tetap naik.
Budi mengatakan hal yang sama juga terjadi di Israel. Dengan capaian vaksinasi dosis kedua mencapai 63 persen, lanjutnya, angka kasus konfirmasi pun naik cukup tinggi hingga mendekati puncak kasus sebelumnya.
"Sejak masuknya varian delta baik Amerika Serikat maupun Israel tetap ada kenaikan yang cukup tinggi, bahkan di Israel sudah mendekati puncak sebelumnya. Ini juga diikuti orang yang masuk RS dan juga diikuti oleh yang wafat," kata Budi.
Selain Amerika Serikat dan Israel, Budi mengatakan Inggris pun mengalami kenaikan cukup tinggi kendati cakupan vaksinasi dosis keduanya kurang lebih sama. Bedanya, kurva kasus Covid-19 di Inggris lebih landai dalam hal perawatan dan angka kematian.
"Perbedaan dari tiga negara ini adalah AS dan Israel itu besar komposisi vaksin m-RNA, sedangkan di Inggris lebih besar komposisi vaksin AstraZenecca," kata Budi. Vaksin AstraZeneca, yang dikembangkan perusahaan farmasi asal Inggris AstraZeneca, dibuat dari virus yang telah dilemahkan.