TEMPO.CO, Jakarta - Eks Afghanistan Foreign Fighters, Abu Tholut, mengatakan keluarnya Amerika Serikat dari Afghanistan sudah direncanakan sejak lama.
“Perlu diketahui, keluarnya Amerika dari Afghanistan sesuai perjanjian Doha, jauh sebelumnya sudah dipikirkan,” kata Abu Tholut dalam diskusi yang diselenggarakan Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Abu Tholut mengatakan, banyak orang tidak mengetahui cerita mengenai utusan Amerika yang datang ke Mauritania pada 2012, untuk menjumpai seorang tokoh tersohor di sana, Syekh Abu Hafsh Al-Mauritani. Utusan AS tersebut datang melalui pemerintahan resmi Mauritania untuk bertukar pikiran.
Saat menemui Syekh Abu Hafsh Al-Mauritani, kata Abu Tholut, utusan Amerika Serikat menanyakan cara untuk keluar dari Afghanistan secara terhormat dan tidak dipermalukan. Lantas, ulama yang pernah bergabung dengan Al Qaeda itu menyarankan agar utusan AS mengadakan perundingan dengan pihak Taliban.
Menurut Abu Tholut, Syekh Abu Hafsh Al-Mauritani sudah memperkirakan bahwa keinginan AS untuk keluar dari Afghanistan akan disertai dengan sejumlah tuntutan. Namun, AS juga dipersilakan menyampaikan tuntutan mereka kepada Taliban. Salah satunya adalah meminta komitmen Taliban agar tidak menggunakan tanah Afghanistan sebagai aktivitas yang membahayakan.
Keinginan AS keluar itu kemudian diproses hingga akhirnya ditandatangani perjanjian pengiriman perdamaian Afghanistan antara AS dan Taliban di Doha, Qatar beberapa waktu lalu. “Jadi prosesnya sudah sekian tahun lalu, sudah lama, dan hasilnya dua poin itu utama, mulai lah AS keluar. Jadi keluarnya AS sudah di-planning sejak lama,” kata mantan pimpinan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI).
Baca juga: TNI AU Cerita Ketegangan Evakuasi 26 WNI dari Afghanistan