TEMPO.CO, Jakarta - Tim evakuasi Warga Negara Indonesia di Kabul, Afghanistan, mesti menghadapi beberapa rintangan sebelum bisa memulangkan para WNI ini pada Sabtu, 12 Agustus 2021. Tim yang terdiri dari TNI AU, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Kementerian Luar Negeri ini mesti membaca kondisi di sana.
Salah satu personel TNI AU yang masuk dalam tim, Mayor Penerbang Mulyo Hadi mengatakan kendala yang harus mereka hadapi adalah massa yang terus bertambah di Bandara Hamid Karzai, Kabul.
Selain itu, Mulyo menuturkan tim juga kesulitan mendapatkan data-data terkini dari landasan Bandara Hamid Karzai di Kabul, serta kondisi sekitar landasan yang tidak menentu.
"Eskalasi kerumunan massa terjadi ketika awak pesawat sampai di Islamabad sehingga keputusan dari Kementerian Luar Negeri RI menunda penjemputan selama 1-2 hari,” kata Mulyo sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis Dinas Penerangan TNI AU, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Sebelumnya, Pesawat TNI AU Boeing 737 seri 400 Skadron Udara 17 berangkat dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 18 Agustus 2021. Perjalanan dari Jakarta ke Kabul menempuh waktu hampir 72 jam. Mereka harus mengambil rute panjang dan berhenti di Islamabad. Setidaknya ada 10 anggota Skadron Udara 17 TNI AU yang bertugas menjadi awak pesawat ditambah dua penerbang.
Di Islamabad, tim harus memetakan lagi wilayah Kabul. Di sini lah mereka sempat kesulitan mendapatkan kondisi terkini di Bandara Hamid Karzai. Namun, Mulyo mengatakan tim akhirnya mendapatkan data-data lengkap kondisi Bandara Hamid Karzai.
Mereka kemudian memutuskan terbang ke Kabul pada Jumat, 20 Agustus 2021 dini hari. Keputusan itu dibuat setelah pesawat mendapatkan izin pendaratan dari otoritas di Kabul.
Namun, penerbang dan awak pesawat menghadapi tantangan lain setibanya di Bandara Hamid Karzai. Bandara itu berada di wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan dan banyak fasilitas navigasi serta kontrol dari bandara yang tidak berfungsi.
“Saat pelaksanaan evakuasi, medannya dikelilingi pegunungan dengan ketinggian landasan pacu 5.877 kaki di atas permukaan laut, ditambah fasilitas bantuan navigasi bandara (ILS, VOR), night facilities, dan air traffic service yang tidak berfungsi maksimal, mengakibatkan awak pesawat menghadapi tantangan berat saat mendekati Bandara Hamid Karzai,” katanya.
Ia mengatakan landasan pacu di Hamid Karzai juga cenderung gelap karena pendaratan berlangsung dini hari. “Landing di Kabul jadi tantangan paling utama bagi seluruh awak pesawat A-7305,” ujar dia. Usai mendarat, tim evakuasi segera menjemput 26 WNI dan tujuh warga negara asing untuk masuk pesawat.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai pemegang otoritas sementara bandara di Kabul memberikan waktu yang terbatas untuk evakuasi. Tim evakuasi semula menjadwalkan evakuasi berjalan selama 30 menit, tetapi prosesnya akhirnya berlangsung selama dua jam.
Mulyo mengatakan saat evakuasi tidak semua barang bawaan WNI dapat diangkut dalam pesawat. “Demi keselamatan bersama, kami membatasi barang bawaan hanya koper jinjing saja sehingga kami memohon maaf kepada WNI dan WNA karena tidak semua kopernya bisa masuk dalam pesawat,” kata dia.
Mulyo Hadi, yang mewakili satuannya, mengatakan bangga karena Skadron Udara 17 dipercaya mengemban tugas negara mengevakuasi WNI di tengah situasi yang memanas.
Memanasnya Afghanistan setelah kemenangan Taliban, membuat sejumlah negara menarik stafnya dari sana. Selain Indonesia, Amerika Serikat, Denmark, Inggris, Prancis hingga Norwegia juga sudah mengevakuasi warganya dari Afghanistan.
Baca juga: Eks Tokoh JI Minta Pemerintah Waspadai Kelompok yang Euforia dengan Taliban