TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pimpinan kelompok teroris Jemaah Islamiyah (JI), Abu Tholut, menilai kemenangan Taliban di Afghanistan tidak akan berpengaruh terhadap kebangkitan terorisme di Indonesia.
“Kita enggak usah khawatir dengan kemenangan Taliban, apakah akan meningkatkan aksi terorisme di Indonesia,” kata Abu Tholut dalam diskusi yang diselenggarakan Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Abu Tholut mengatakan, tidak ada bukti empiris bahwa suatu kemenangan gerakan di luar negeri memicu aksi terorisme. Sebagai contoh, kemenangan pemimpin Revolusi Iran, Ayatollah Khomeini, pada 1979, memunculkan euforia di banyak negara, termasuk Indonesia. Namun, tidak ada gerakan terorisme yang muncul.
Kedua, kemenangan Mujahidin di Afghanistan pada 1992 juga tidak berdampak sama sekali. Baru pada 1999 atau 7 tahun setelah kemenangan Mujahidin, kata Abu Tholut, ada konflik Ambon yang memicu bom Natal.
Menurut Abu Tholut, aksi terorisme justru muncul ketika Amerika Serikat dan NATO (Organisasi Pertahanan Atlantik Utara) masuk Afghanistan pada 2001. “Artinya, ini psikologi, itu gerakan kemenangan tidak memicu apa-apa yang sifatnya terorisme. Justru yang memicu adalah berita tentang kekalahan, kezaliman, berita duka,” katanya.
Berita duka itu lah, kata Abu Tholut, yang memicu empati dan bagi mereka yang bersumbu pendek akan menghasilkan aksi negatif. Karena itu, mantan Afghanistan Foreign Fighters ini menegaskan bahwa kemenangan Taliban tidak berkorelasi signifikan dalam meningkatkan aksi terorisme.
“Apalagi sekarang Taliban telah menandatangani komitmen perjanjian Doha, yang paling penting tidak akan membenarkan digunakannya bumi Afghanistan untuk aktivitas yang membahayakan negara lain,” ujar Abu Tholut.
Baca juga: TNI AU Cerita Ketegangan Evakuasi 26 WNI dari Afghanistan