INFO NASIONAL - Potensi pengembangan ekonomi kreatif (ekraf) Kota Malang terus digali dan menjadi perhatian. Pasalnya, kota pendidikan ini memiliki setidaknya 40 ribu lebih pelaku ekonomi kreatif.
Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, “Dari 16 subsektor ekonomi kreatif, saya rasa di Malang semuanya masuk. Tapi mungkin harus kita pilih, kita mempunyai skala-skala prioritas seperti aplikasi dan game. Mudah-mudahan ini akan menjadi komitmen kita semua sebagaimana visi misi yang kami kembangkan,” ucapnya, dalam Focus Group Discussion (FGD) Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Kota Malang Tahun 2021, Senin, 12 Juli 2021.
Sutiaji juga optimistis dengan kolaborasi dan sinergi berbagai pihak, Pemkot Malang mampu mewujudkan kota produktif dan berdaya saing berbasis ekonomi kreatif, keberlanjutan, dan keterpaduan.
Menurutnya, subsektor unggulan berupa aplikasi dan pengembang permainan (game) akan terus berkembang. Banyak studio pengembang game di Kota Malang yang telah memproduksi game berkualitas. Dilansir dari Malang Digital, diketahui bahwa untuk industri game sudah ada sekitar 13 studio industri game yang aktif dan terdaftar.
“Industri kreatif salah satunya game ternyata cukup berkembang di Kota Malang,” ujar Amri Rizky seorang pegiat produksi game di Kota Malang. Bahkan ada sebuah komunitas khusus bagi para pengembang game yang diberi nama Game Developer Malang (GDM). Saat ini GDM beranggotakan 223 orang yang tersebar di Indonesia dan 20–40 anggota aktif yang bisa berkumpul di Malang.
Pria yang juga merupakan ketua GDM ini menuturkan, bahwa untuk memulai industri game ini harus ada modal awal yang cukup. Tentunya selain membutuhkan SDM yang memiliki passion tinggi terhadap subsektor industri kreatif ini.
Di balik proses produksi game juga banyak pihak yang terlibat. Paling tidak dalam sebuah produksi game harus ada game designer, game programmer, visual artist, dan sound engineer.
Dari sisi pemasaran game, lanjutnya, ada dua strategi yang diterapkan. “Dengan bekerja sama dengan publisher, atau mandiri melalui media sosial atau website review atau reviewer social media,” katanya.
Untuk waktu yang yang dibutuhkan dalam proses produksi sebuah game sangat bervariasi. “Bergantung dari project, antara 1 bulan sampai maksimal yang pernah kami lakukan 20 bulan. Dalam GDM, ada yang sampai 5 tahun,” ujar Amri.
Amri yang juga mengembangkan sebuah perusahaan produsen game bernama Magesoft ini menyampaikan, bahwa Pemerintah Kota Malang sangat mendukung industri yang digelutinya ini. Salah satu game yang diproduksi oleh Magesoft adalah Burst Fighter.
Pemkot Malang juga turut memasarkan produk-produk game buatan arek-arek Malang ini. Selain itu Pemkot Malang juga selalu menjalin komunikasi dengan komunitas-komunitas pegiat industri kreatif. (*)