TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah mengatakan saat ini terjadi krisis tenaga perawat. “Tampaknya kita krisis tenaga, sampai hari ini saya melihat belum bisa memenuhi jumlah (permintaan relawan tenaga perawat),” kata Harif dalam diskusi LaporCovid-19, Jumat, 9 Juli 2021.
Harif mengatakan, pemerintah saat ini berupaya menambah tenaga atau relawan. Di tingkat pusat, Wisma Haji yang akan dioperasikan sebagai RS Darurat Covid-19 saja membutuhkan 450 orang perawat.
Dalam proses perekrutan itu, Harif menjelaskan bahwa di Jabodetabek terdapat 3.200 lulusan perawat. Namun, dalam dua hari ini, sebanyak 350 lulusan yang dihubungi, tak satu pun yang bersedia menjadi relawan.
“Ini repot. Karena lulusan Jabodetabek 85 persen sudah bekerja, 10 persennya mereka sudah jadi relawan. Yang 5 persen berbagai kondisi, tidak boleh sama orang tua, tidak mau, dan sebagainya,” kata dia.
Padahal, menurut Harif, penambahan tenaga relawan bisa mengurangi beban perawat yang saat ini bertugas. Ia menuturkan, ada dua masalah besar yang dialami perawat saat ini. Pertama, lonjakan kasus sejak akhir Mei memberikan probabilitas orang yang membutuhkan fasilitas pelayanan kesehatan lebih banyak.
Di satu sisi, perawat atau tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19 juga mengurangi jumlah tenaga yang bertugas. Sehingga, beban yang ditanggung perawat yang bertugas pun menjadi meningkat. “Bukan hanya fisik tapi juga beban mental,” katanya.
Baca juga: 373 Perawat Meninggal karena Covid-19, Paling Banyak di Jawa Timur