TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah mengatakan hingga hari ini, Jumat, 9 Juli 2021, ada 373 perawat yang meninggal akibat Covid-19. “140 dari Jawa Timur,” kata Harif dalam diskusi LaporCovid-19.
Harif mengatakan, perawat di Jawa Timur merupakan yang terbanyak angka kematiannya. Data dari 1-9 Juli saja, kata Harif, sudah ada 22 perawat yang meninggal.
Kemudian berdasarkan laporan secara sukarela, Harif mencatat setidaknya ada 500 perawat yang terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, ia meyakini jumlah perawat faktual yang terinfeksi jauh lebih besar. “Mungkin 15 ribu. Karena kalau berjalan ke rumah sakit, lebih dari 25 persen perawatnya terkonfirmasi,” ujarnya.
Menurut Harif, ada dua masalah besar yang dialami tenaga kesehatan saat ini. Pertama, lonjakan kasus sejak akhir Mei memberikan probabilitas orang yang membutuhkan fasilitas kesehatan lebih banyak.
Di satu sisi, perawat atau tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19 juga mengurangi jumlah tenaga yang bertugas. Sehingga, beban yang ditanggung perawat yang bertugas pun menjadi meningkat. “Bukan hanya fisik tapi juga beban mental,” kata dia.
Selain itu, Harif mendapati bahwa perawat juga mengalami kasus kekerasan dari keluarga pasien. Para perawat dimarahi, ditekan, dan dikasari. Bahkan, pada pekan lalu, PPNI mencatat ada 3 kasus pemukulan perawat oleh keluarga pasien, dengan 2 di antaranya karena masalah oksigen.
Sementara itu, beban mental juga dialami para tenaga kesehatan berupa empati yang melihat pasien antre, tidak mendapat tempat perawatan. Kemudian pasien yang berada di tenda-tenda juga menambah tekanan psikologis perawat. “Mau menolong, apa daya tidak punya kekuatan untuk fasilitas yang tercukupi,” ucap Harif.