TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat, Charles Honoris, mendesak pemerintah pusat untuk kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tengah kenaikan kasus Covid-19. “Kondisi Covid-19 saat ini bukan hanya mengkhawatirkan, tapi mengerikan,” ujarnya dalam pesan pendek, Jumat, 18 Juni 2021.
Charles melanjutkan kondisi yang mengerikan itu terjadi karena angka kasus Covid-19 semakin naik setelah libur lebaran. Angka penularan dan kematian akibat Covid-19 pun mencetak rekor baru pada Kamis, 17 Juni 2021, yakni 12.624 orang positif Covid-19, dan 227 orang meninggal. Menurut Charles, angka kematian itu tertinggi sejak 3 April 2021.
Dengan kondisi ini, pemerintah malah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM mikro yang berlaku 15-28 Juni 2021 di seluruh Indonesia. Beberapa hal yang diatur dalam PPKM Mikro ini adalah tempat kerja diisi 50 persen pegawai, pengunjung restoran dan tempat makan dibatasi 50 persen, serta pembatasan jam operasional untuk pusat pembelanjaan.
Menurut Charles, PPKM Mikro yang dilakukan ini tak cukup merespon kedaruratan penularan Covid-19. Apalagi, lanjut dia, PPKM Mikro menjadi tak efektif karena di beberapa daerah masih minim tes Covid-19 untuk masyarakat dan pelacakan bagi yang terpapar. “Apa arti zonasi warna, jika tes dan lacak minim?” ujar Charles.
Politikus PDIP ini mengatakan, jika pemerintah melakukan PSBB maka penerapannya pun harus lebih ketat dibandingkan sebelumnya. Sebab, Charles mengibaratkan Covid-19 sebagai bencana tsunami dan PSBB sebagai pemecah gelombang.
Sehingga ombak tsunami yang sampai di daratan tidak begitu besar. “Tanpa pemecah gelombang, saya takut para tenaga kesehatan dan masyarakat ikut tersapu,” ujarnya ihwal desakan penerapan PSBB di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca juga: 5 Organisasi Dokter Nilai Kebijakan PPKM Mikro Kurang Tepat, Harusnya PSBB
HUSSEIN ABRI