TEMPO.CO, Jakarta - Co-founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono berpeluang naik menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI. Kasus tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala-402 beberapa bulan lalu, dinilai tak akan mempengaruhi rekam jejak Yudo.
"Bagi saya justru sebaliknya. Kasus KRI Nanggala menunjukkan adanya persoalan politik anggaran," kata Khairul saat dihubungi, Senin, 14 Juni 2021.
Ia mengatakan berdasarkan pada pengalaman penanganan kasus, Yudo memiliki gagasan yang jelas tentang pembenahan di TNI. Selain itu, Khairul menilai Yudo memiliki pemahaman atas masalah anggaran dan kebijakan dalam hal penggunaan dan pemeliharaan alutsista di TNI AL.
Selain itu, Khairul melihat peluang Yudo cenderung terus menguat seiring waktu. Berbeda dengan kandidat pengganti Panglima lain, yakni Jenderal Andika Perkasa yang akan masuk masa pensiun pada tahun depan, Yudo masih memiliki waktu yang panjang jika terpilih sebagai Panglima.
Ia pun dinilai tidak memiliki batasan dalam relasi dengan Presiden Joko Widodo. Berbeda dengan Andika Perkasa yang memiliki eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono sebagai mertua.
Secara politik, Fahmi berpandangan kebutuhan presiden hari ini adalah para pembantu dengan loyalitas tanpa reserve, terutama untuk memuluskan agenda-agenda politik dan pemerintahan.
"Ketiadaan endorser kuat justru lebih membuka peluang bagi Yudo Margono untuk diasosiasikan sebagai 'Jokowi's man' tanpa hadirnya tokoh lain, seperti Hendropriyono terhadap Andika," kata Khairul soal pergantian Panglima TNI.
Baca juga: Andika dan Yudo Disebut Bermanuver Incar Posisi Panglima TNI