TEMPO.CO, Jakarta - Polyglot adalah sebutan untuk orang-orang yang menguasai banyak bahasa, biasanya lebih dari lima bahasa dengan kemampuan berbahasa yang baik. Bukan hanya sekedar tahu saja, namun juga bisa berbicara, menulis dan memahami Bahasa asing dengan cepat.
Berbeda dengan multilinguals yakni sebutan untuk orang yang memahami lebih dari 1 bahasa, karena terbiasa mendengar dari lingkungan. Polyglot memang mendedikasikan waktunya untuk belajar bahasa asing. Polyglot merupakan pencinta bahasa dengan keingintahuan intelektual.
Belum ada kesepakatan terkait berapa banyak bahasa yang harus dikuasai seseorang agar bisa disebut poliglot. Biasanya polyglot dimiliki oleh seseorang yang masih remaja bahkan anak-anak.
Seperti, salah seorang polyglot dari Indonesia yakni Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono, yang merupakan kakak kandung RA. Kartini merupakan polyglot pertama di Indonesia.
Berdasarkan biografi Bunga Rampai: Sikap Hidup Drs RMP Sosrokartono, tercatat RMP Sosrokartono mengusai 10 bahasa daerah Indonesia dan 26 bahasa asing.
Sosrokartono pernah menjadi wartawan Perang Dunia I pada tahun 1914 di , media ternama Amerika, The New York Herald Tribune. Sebelum menjadi wartawan perang ia sempat diuji untuk menerjemahkan artikel berbahasa Inggris, Rusia, dan Prancis.
Selain itu ia juga menjadi juru bahasa di Liga Bangsa-Bangsa, atase kebudayaan Kedutaan Besar, dan sejumlah peran penting yang dijalaninya di Eropa. Sosrokartono memang terkenal cerdas dan mampu mengenyam pendidikan yang setara dengan orang Belanda waktu itu.
Terdapat kelebihan pada aktivitas otak polyglot dari orang kebanyakan. Menjadi organ tubuh yang paling adaptif. Bagi seseorang yang sering belajar hal baru berupa Bahasa, maka aktivitas kognitifnya lebih terasah dibandingkan dengan mereka yang tidak sering melakukannya.
Sebuah eksperimen pada tahun 2014 membuktikan, orang yang hanya bicara satu bahasa perlu bekerja keras untuk bisa fokus pada satu kata. Sementara bagi polyglot, otak mereka lebih efisien dalam memilah mana informasi penting dan tidak.
Selain keunikan cara kerja otak polyglot dan orang yang hanya menguasai satu bahasa. Tidak menjamin polyglot adalah orang yang lebih pintar dibanding yang lain. Hanya, ketertarikan untuk mengerti bahasa baru lebih besar sehingga lebih persisten dalam berlatih.
WILDA HASANAH