Salah satu faktornya, kata Arya, elektabilitas mereka belum terlampau unggul jauh. Menurutnya, hal ini akan membuat partai politik mempertimbangkan untuk mengajukan calon mereka sendiri.
"Partai besar punya kepentingan untuk mencalonkan orang mereka, sedangkan elektabilitas nama-nama yang unggul juga belum terlalu tinggi. Ini membuat partai berpikir kenapa enggak calon mereka aja yang maju," ujar Arya.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, mengatakan AHY memiliki magnet sebagai anak muda. Di satu sisi, Adjie menilai hal ini bisa menguntungkan mengingat sebagian besar pemilih pada Pemilu 2024 berusia di bawah 40 tahun. Namun, kata dia, AHY juga memiliki pekerjaan rumah untuk meyakinkan publik bahwa dirinya layak memimpin.
Adapun dari sisi koalisi, Adjie mengatakan Partai Demokrat sebenarnya memiliki modal untuk membangun koalisi. Ayahanda AHY, Susilo Bambang Yudhoyono, yang pernah menjadi presiden dua periode dinilainya memiliki relasi yang baik dengan sejumlah pimpinan partai.
"Tinggal bagaimana meyakinkan partai lain untuk berkoalisi, itu tergantung pada komunikasi yang dijalin," kata Adjie.
Tentang Airlangga Hartarto, Adjie mengatakan dari modal suara Partai Golkar semestinya mampu membangun gerbong koalisi. Ia mengatakan Golkar tinggal menggandeng satu partai besar atau dua partai menengah untuk bisa mengusung calon sendiri.
Namun, kata Adjie, dengan rekam jejaknya di pemerintahan sosok Airlangga saat ini belum terlalu menjadi magnet bagi publik. Ia mengatakan Golkar semestinya mengerek elektabilitas Airlangga jika ingin menawarkan ketua umum mereka itu sebagai capres.
"Walaupun Pak Airlangga punya track record di pemerintahan, tapi belum dikapitalisasi dengan baik sehingga publik belum melihat ada kekuatan signifikan yang jadi magnet untuk dipilih," kata Adjie ihwal peluang Capres 2024.
Baca juga: Survei Capres 2024: AHY Ungguli Gibran - Anies di Kalangan Pemuda Muslim
BUDIARTI UTAMI PUTRI