TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti uji klinis tahap tahap II vaksin Nusantara, Kolonel Jonny, mengatakan penyuntikan terapi sel dendritik terhadap anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada hari ini masih sejalan dengan nota kesepahaman (MoU) Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan TNI Angkatan Darat.
Kendati Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto menyatakan penelitian sel dendritik akan dimulai dari awal, Jonny menilai penyuntikan tersebut tak bermasalah.
"Uji klinisnya yang dimulai dari awal, kalau ini penelitian berbasis penelitian. Ini on the track dengan MoU," kata Jonny saat ditemui di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis, 22 April 2021.
Jonny mengatakan, tim peneliti vaksin Nusantara telah melakukan penyuntikan sel dendritik terhadap 15 orang anggota Dewan. Sebelum penyuntikan kembali, tim melakukan pemeriksaan mulai dari pengecekan darah, fungsi ginjal, hati, dan gula darah.
Menurut Jonny, para relawan akan dipantau kondisinya dalam dua pekan mendatang. Mereka akan diminta untuk kembali ke RSPAD untuk pemeriksaan respons imun atas penyuntikan sel dendritik yang telah dilakukan. "Dua minggu, nanti habis itu empat minggu," kata Jonny.
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) sebelumnya menyatakan akan memulai dari nol penelitian sel dendritik untuk penanganan Covid-19. Mereka akan menggunakan penelitian berbasis pelayanan sebagai dasar program ini.
"Kami akan konsolidasi lagi. Kemudian rencana kegiatan berbasis pelayanannya nanti seperti apa," kata Kepala RSPAD Letnan Jenderal Albertus Budi Sulistya, saat dihubungi Tempo, Selasa, 20 April 2021.
Budi mengatakan akan dilakukan antara tim peneliti dari RSPAD Gatot Soebroto, Vaksin Nusantara, clinical research organizer (CRO), dan juga untuk sponsor, yakni PT Rama Emerald dan AIVITA Indonesia. Adapun untuk keterlibatan tim peneliti dari Amerika Serikat yang sebelumnya diikutsertakan dalam penelitian Vaksin Nusantara, belum dapat dipastikan. "Ya kami siap bicara dulu, kami redesign. Kalau di metodologi penelitian, nanti kita bicarakan. Mungkin nanti metodologinya tidak jauh berbeda. Tapi pelaksanaanya adalah penelitian berbasis dari pelayanan," kata Budi.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | EGI ADYATAMA
Baca: Wakil Ketua DPR Bilang Terapi Sel Dendritik Berbiaya Mahal