TEMPO Interaktif, Lamongan: Sedikitnya 150 pemuda mulai pukul 02.30 berkumpul membentuk deretan barisan. Aba-aba siap...mengatur mereka bergerak secara tertib dan kompak. Meski masih gelap, pemuda ini seolah tak peduli dengan dinginnya pagi. Rasa kantuk sirna oleh semangat tanpa pamrih.
Dua jam lagi, Ahad (9/11), mereka harus siap dengan formasi berbaris menyambut kedatangan jenazah Amrozi dan Muklas. Dua jenazah sehabis dieksekusi di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, karena sewaktu masih hidup mereka terlibat peledakan bom Bali. Baris berbaris ini dipimpin oleh Son Haji, salah satu pemuda itu.
Mereka tak berseragam, tapi sebagian besar mengenakan ikat kepala bertuliskan "Keluarga Syuhada". "Pasukan" inilah yang menjemput jenazah Amrozi dan Muklas ketika tiba di Desa Solokuro, Lamongan, Jawa Timur. Setelah tiba, jenazah diarak ke rumah orangtuanya kemudian disemayamkan di Masjid Baitul Mutaqin, sekitar 50 meter dari rumah orangtua.
Sehabis disemayamkan di Masjid Baitul Mutaqin dan disalati, jenazah Amrozi dan Muklas diarak oleh barisan pemuda tadi menuju masjid Pondok Pesantren Al Islam, Tenggulun, sekitar 400 meter dari Masjid Baitul Mutaqin. Di masjid ini jenazah juga akan disalati, baru kemudian dikuburkan pada pukul 13.00, di pemakaman umum milik Desa Tenggulun.
"Prosesi pemakaman itu sesuai pesan Amrozi dan Muklas kepada keluarga saat berkunjung ke Nusakambangan, sebelum dieksekusi," kata seorang kerabat keluarga Amrozi.
Sujatmiko