TEMPO.CO, Makassar - Pelaku terduga bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Lukman terkenal ramah, sopan, dan baik di lingkungannya. Ketua RT 01, RW 01, Kelurahan Bungaejaya, Kecamatan Bontoala, Nuraeni berujar dulu Lukman tinggal di Kabupaten Maros bersama kedua orang tuanya. Namun saat berusia tiga tahun, bapaknya meninggal, sehingga pindah bersama mamanya di Bungaejaya.
"Mulai neneknya sampai mamanya tinggal di sini," kata Nuraeni kepada wartawan, Senin 29 Maret 2021.
Akan tetapi, lanjut dia, Lukman pindah tinggal kos-kosan setelah menikah dengan Dewi pada Agustus 2020. Namun rumah kos, mama, dan neneknya berdekatan semua.
Selain itu, menurut dia, keluarga Lukman terkenal agamais, sehingga ia tidak menduga jika Lukman nekat melakukan bom bunuh diri. Apalagi di lingkungannya tidak ada kegiatan atau perilaku mencurigakan seperti pengajian atau pertemuan makanya orang heran bahwa ia menjadi terduga pelaku bom di Gereja Katedral Makassar. "Tapi tidak tahu kalau di luar, mamanya saja tidak tahu. Jadi saya kaget sekali," ucap dia.
Menurut Nuraeni, Lukman dan Dewi menikah tujuh bulan lalu di Villa Mutiara pada waktu tengah malam. Kemudian yang menghadiri acara nikahnya para tetangga, sehingga mereka dipanggil polisi untuk dimintai keterangan.
Selain itu, polisi juga memasang garis polisi di sekitar rumah kost Lukman dan menggeledah rumah mamanya. "Memang orang di sini sempat curiga kenapa menikah tengah malam di Villa Mutiara," tambahnya.
Pada Rabu 6 Januari 2021, Datasemen Khusus 88 menangkap 20 terduga teroris di Perumahan Villa Mutiara Biru, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Dua diantaranya yakni MR dan SA tewas tertembak. Mereka diduga tergabung dalam jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sulsel.
Didit Hariyadi
Baca: Kepala BNPT Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri Gereja Katedral Masih Muda