TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan mendukung langkah Pembelajaran Tatap Muka terbatas yang akan digelar pada awal tahun ajaran baru 2021/2022.
“PDIP mendukung PTM (pembelajaran tatap muka) terbatas dengan memprioritaskan vaksinasi pendidik dan tenaga kependidikan serta memperhatikan protokol kesehatan di sekolah,” ujar Putra dalam rapat kerja dengan Kemendikbud di Jakarta, Kamis, 18 Maret 2021.
Dia menambahkan prihatin dengan dampak negatif dari pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) serta ancaman learning loss atau kehilangan pengalaman belajar. Putra berharap pelaksanaan belajar di kelas secara terbatas dapat dilakukan dengan mengutamakan sistem campuran antara tatap muka dengan jarak jauh. “Kami berharap SKB empat menteri tentang pembelajaran pada masa pandemi dapat diselenggarakan dengan sungguh-sungguh,” ujar dia.
Kendati demikian, dia mendorong agar pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tenaga kependidikan tidak dilakukan dengan tergesa-gesa dan harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di daerah.
Di kesempatan yang sama, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan satuan pendidikan wajib memberikan opsi layanan pembelajaran tatap muka terbatas setelah vaksinasi Covid-19 dosis kedua diberikan pada pendidik dan tenaga kependidikan. “Selambatnya tahun ajaran baru, maka satuan pendidikan diwajibkan memberikan opsi layanan pembelajaran tatap muka terbatas,” ujar Nadiem.
Pembelajaran tatap muka terbatas dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan atas izin orang tua atau wali murid. PTM terbatas dikombinasikan dengan pembelajaran jarak jauh untuk memenuhi protokol kesehatan.
Nadiem menjelaskan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah berlangsung selama satu tahun dan berpotensi menimbulkan dampak sosial negatif berkepanjangan. Dampak tersebut bisa terjadi putus sekolah, penurunan capaian belajar, kekerasan pada anak, dan risiko eksternal.
“Risiko putus sekolah dikarenakan anak terpaksa bekerja untuk membantu keuangan keluarga di tengah pandemi Covid-19. Persepsi orang tua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar-mengajar apabila proses pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka,” tutur Nadiem.
Nadiem Makarim menjelaskan terjadi kesenjangan capaian belajar dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh. Studi menemukan bahwa pembelajaran tatap muka di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan dengan PJJ.
Tidak adanya pembelajaran tatap muka berpotensi membuat siswa terjebak pada kekerasan anak di rumah tanpa terdeteksi oleh guru. Dampak lainnya saat anak tidak datang ke sekolah ada risiko untuk pernikahan dini, kekerasan pada anak, kehamilan remaja, dan lain-lain.
Baca juga: Nadiem Sebut Indonesia Tertinggal soal Pembelajaran Tatap Muka