Dalam keterangan di kantor DKP Kepala Pusat Statistik dan Informasi Soen'an H Poernomo mengatakan kerjasama akan dijalankan dengan Korea Institute of Industrial Technology, semacam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Korea Selatan.
Rencana kerjasama itu menurut DKP dibicarakan dalam pertemuan 2nd International Bioenergy di Seoul akhir Oktober lalu, dan menurut Soen'an “rencananya kerjasama itu akan ditandatangani saat kunjungan Presiden Korea Selatan bulan Desember mendatang.”
menurut Departemen Kelautan dan Perikanan jenis rumput laut yang akan untuk proyek bioenergy itu adalah Gelaidine yang akan di dibudidayakan di Maluku Belitung Timur dan lombok dengan luas lahan pengembangbiakan masing-masing 20.000 hektar, 10.000 hektar, dan 4.000 hektar. Namun demikan Soen'an belum dapatmemeberi gambaran berapa nilai investasi untuk proyek itu.
Biaya untuk menciptakan satu liter bahan bakar nabati dari rumput laut itu adalah US$ 2 per liter dan dalam tiga tahun akan ditekanmenjadi US$ 1 per liter. Sedangkan produktivitas rumput laut tersebut adalah adalah sekitar 136,900 liter per hektar, di bawah produktifitas tumbuhan lain seperti Jagung kedelai atau sawit.
Penggunaan bahan bakar nabati sebagai sumber energi alternatif untuk menggantikan minyak bumi atau bahan bakar hidrokarbon yang berbahan dasar fosil pernah dijajaki secara luar oleh Uni Eop dan negara-negara di Amerika, namun pada awal 2008 uni eropa memutuskan mengevaluasi rencana itu karena industri bahan bakar nabati embuat harga pangan dunia melambung serta mengancam ketersediaan pangan bagi manusia.
Dian Yuliastuti