TEMPO.CO, Jakarta - Khatib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf, dijadwalkan berbicara sebagai narasumber dalam konferensi internasional yang diprakarsai oleh Tahta Suci Vatikan, pada 26-27 Januari 2021. Selain Gus Yahya, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo juga hadir pada konferensi itu.
Yahya menyampaikan keprihatinannya atas konflik agama yang masih terus saja terjadi di berbagai wilayah. "Aktivisme dialog antaragama telah berlangsung puluhan tahun, tapi tidak membuahkan hasil yang berarti dalam perbaikan hubungan antarumat beragama. Konflik agama masih terjadi di mana-mana di seluruh dunia, malah cenderung semakin marak. Hari-hari ini, PBB menempatkan pasukan penjaga perdamaian di 34 titik konflik di seluruh dunia, 26 di antaranya konflik agama," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu 20 Januari 2021.
Ia melihat dialog yang ada selama ini cenderung tidak jujur dalam melihat masalah, dan berhenti di forum dialog tanpa tindak lanjut di lingkungan komunitas masing-masing agama. Namun begitu, dia mengungkapkan optimisme menyambut Konferensi Vatikan kali ini.
Baca: Tolak Kampanye Anti-vaksin Covid, PBNU: Pemerintah Tak Akan Mencelakakan Rakyat
"Melihat topik-topik diskusi dan para narasumber yang dijadwalkan, saya optimis ini akan menjadi dialog yang jujur dan mengakui masalah apa adanya, sehingga dapat diharapkan menghasilkan solusi yang nyata," kata Gus Yahya.
Konferensi bertajuk “Religious Radicalism: Christian And Muslim Understanding And Responses” akan digelar secara virtual dengan tuan rumah Dewan Kepausan Untuk Dialog Antaragama (Pontifical Council for Interreligious Dialogue).
Keduanya akan tampil di hari pertama konferensi tersebut. Hardjoatmodjo akan berdampingan dengan Prof Akhtarul Wasey, Wakil Kanselir dari Universitas Maulana Azad di Jodhpur Rajasthan, India, untuk menyampaikan catatan-catatan dari sudut pandang Kristen dan Muslim tentang Radikalisme di Asia.
Sedangkan Gus Yahya perwakilan PBNU diminta untuk memberikan wawasan mengenai Global Geo-politic Conflicts and Understanding the Phenomena of Home-grown Terrorism and Foreign Fighters alias Konflik Geopolitik Global dan Pemahaman tentang Gerakan Teroris Yang Tumbuh di Dalam Negeri dan Mujahidin Antarnegara).