TEMPO.CO, Banjar - Juru bicara Cyber Adventure Indonesia, Yamadipati, mengatakan para pengungsi banjir Kalsel (Kalimantan Selatan) di Kabupaten Tanah Laut mulai membutuhkan tim kesehatan dan pendamping psikologis.
Ia mengatakan penyakit kulit sudah menyerang sebagian pengungsi. "Mereka berharap petugas maupun relawan tim medis dapat diperbanyak untuk membantu perawatan dan adanya tambahan logistik obat-obatan,” kata Yamadipati, Senin, 18 Januari 2021.
Ia belum melihat relawan trauma healing di titik-titik pengungsian di tengah kondisi korban yang makin memprihatinkan, Menurut dia, kondisi anak-anak pengungsi sangat memprihatinkan.
Baca juga: Walhi Menilai Banjir Kalsel Merupakan Bencana Ekologis
Titik penampungan itu tersebar di Bingkulu, posko pengungsian di pondok pesantren, dan sepanjang jalan Bingkulu sampai Malukan Baulin. Mayoritas rumah penduduk jadi tempat pengungsian.
Pantauan Tempo di RT 11 Jalan Pamajatan, Kecamatan Gambut, air masih menggenangi jalanan setempat. Alhasil, mayoritas warga mengungsi ke musala dan sekolah terdekat. “Kami sudah lima hari di sini (musala, red). Kita yang pertama mengungsi, yang pertama dapat banjir,” kata Masrani.
Masrani mengatakan baru pertama kali ini mengalami terjadi banjir besar, sejak lahir 55 tahun lalu. Ada 48 jiwa pengungsi banjir Kalsel di Musala Al-Insan. Ia mengatakan sebagian warga terserang gatal-gatal dan terpaksa membeli air bersih sendiri. “Baru kali ini banjir yang besar,” katanya.