TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan menipisnya ketersediaan ruang ICU dan isolasi untuk pasien Covid-19 menunjukkan pandemi tidak terkendali. "Situasi saat ini semakin menunjukkan bahwa pandemi kita ini sangat serius karena tidak terkendali," kata Dicky kepada Tempo, Rabu, 6 Januari 2021.
Dicky mengatakan peningkatan keterisian ruang ICU dan isolasi khusus pasien Covid-19 di rumah sakit dan angka kematian yang meningkat merupakan sinyal serius. Sebab, kedua faktor tersebut merupakan indikator akhir. "Indikator akhir ini muncul bila indikator awal kita tidak memadai, merespons, mencegah, memberikan intervensi sehingga indikator akhirnya muncul," ujar dia.
Menurut Dicky, pemerintah harus bisa mengubah strategi untuk mengatasi peningkatan keterisian ruang ICU dan isolasi serta menekan angka kematian. Salah satunya dengan penguatan 3T, yaitu testing, tracing, dan treatment. Deteksi dini perlu dilakukan agar masyarakat tidak perlu datang ke rumah sakit karena sudah parah dan terlambat dideteksi.
Penguatan strategi 3T, kata Dicky, bisa dilakukan melalui Puskesmas. Ia mengaku sudah menyarankan sejak awal pandemi agar Puskesmas memiliki klinik demam. Pasalnya, sejumlah riset membuktikan bahwa gejala utama Covid-19 adalah demam.
Di klinik demam, Dicky menjelaskan, pasien akan di-screening, bukan langsung pemeriksaan laboratorium. Screening bisa berupa anames atau pemeriksaan awal riwayat kesehatan serta riwayat perjalanan. "Ini yang disebut surveillance syndromic. Ini yang harus kita perkuat, jangan ujug-ujug testing," ujarnya.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sebelumnya mengatakan tingkat keterisian ruang ICU dan isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit sudah melebihi 70 persen.
"Jika dilihat pada tren perkembangannya, keterisian ruang ICU dan isolasi secara nasional semakin meningkat dan mengkhawatirkan," kata Wiku Adisasmito dalam konferensi pers, Selasa, 5 Januari 2021.
Wiku mengatakan, kondisi tersebut terjadi di rumah sakit yang berada di DKI Jakarta, Banten, Yogyakarta, Jawa Barat, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
Menurut Wiku, hal tersebut dapat menjadi peringatan bagi masyarakat bahwa saat ini sedang dalam keadaan darurat yang ditandai dengan ketersediaan tempat tidur yang makin menipis.
FRISKI RIANA