TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin, menyoroti indikator kinerja kesehatan utama Indonesia yang masih tertinggal dari negara lain.
"Masih perlu upaya-upaya yang lebih keras untuk mengejar indikator kinerja kesehatan utama Indonesia yang masih tertinggal dari beberapa negara lain," ujar Ma'ruf, dalam acara Rapat Kerja Nasional atau Rakernas II Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jumat, 18 Desember 2020.
Ma'ruf menyebut laporan World Health Statistics 2020 yang diterbitkan oleh WHO, angka kematian ibu melahirkan masih 177 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup di Malaysia yaitu 29, di Thailand 37, dan di Vietnam 43. Begitu juga dengan tingkat kematian balita yang masih 25 per 1.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan Malaysia yaitu 8, Thailand 9, dan Vietnam 21.
Ma'ruf mengatakan Indonesia menempati tingkat teratas dibandingkan negara tetangga dalam hal prevalensi penyakit seperti TBC dan Malaria. Begitu pula prevalensi balita stunting yang masih tinggi.
"Saya menyadari bahwa pencapaian indikator kinerja kesehatan di atas tidak semata-mata tugas dari para dokter dan tenaga kesehatan karena sifatnya yang multi dimensi. Sehingga memerlukan upaya dari seluruh pelaku pembangunan untuk mewujudkan capaian kesehatan yang diinginkan," ujar Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini.
Namun setidaknya, kata Ma'ruf, IDI memiliki kewajiban untuk mendorong pemenuhan kebutuhan dokter di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan kinerja kesehatan Indonesia, Ma'ruf meminta IDI memikirkan cara agar pemerintah dapat memperbaiki distribusi dokter umum di tingkat fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas).
IDI juga diharapkan dapat ikut membantu dalam memperbaiki distribusi dokter spesialis di rumah sakit, terutama untuk rumah sakit di luar Pulau Jawa.
"Saya juga mengharapkan agar IDI dapat memberi masukan kepada pemerintah agar para dokter dapat terus meningkatkan pelayanan yang berkualitas mengacu pada evidence-based medicine," ujar kiai sepuh ini.